15 August 2019

TUJUH LAUTAN ILMU


BAB 4

TUJUH LAUTAN ILMU


Untuk menerangkan keluasan ilmu-Nya, Allah swt. mengambil perumpamaan dengan lautan.
Kita tahu bahwa lautan lebih luas dibandingkan dengan daratan. Para ahli  berpendapat bahwa perbandingan antara luas daratan dengan lautan adalah 1 : 3. Kemudian tingkat kepadatan air laut dengan air tawar lebih tinggi karena kandungan kadar garam yang tinggi meningkatkan kepadatan air itu sendiri.
Di samping laut sebagai gudang rezeki (tempat ikan), laut juga memiliki aneka rasa seperti yang dijelaskan dalam QS. Fatir : 12; Ada yang tawar, segar, asin, dan pahit. Kita mengenal bahwa tinta alat tulis beraneka warna, begitu pula dengan air laut. Ada yang berwarna hitam yang berada diantara Saudi Arabia dan Mesir, laut merah yang terletak di sebelah barat Saudi Arabia, laut yang berwarna ungu di Ambon, bahkan ada laut yang putih yang berada di kutub selatan dan kutub utara.
Firman Allah swt. : 
“Katakanlah, ‘Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)’ (QS. Al-Kahfi : 109) 
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Luqman : 27)
Yang dimaksud tujuh lautan pada ayat di atas bukanlah laut ini dan itu, tetapi seluruh lautan yang ada di alam semesta ini, sebanyak tujuh kali lipat, dan walaupun ditulis lebih dari tujuh kali lipat, ilmu Allah tetap tidak akan pernah habis. Bahkan pepohonan yang ada di alam semesta ini semua tidak akan cukup untuk menjadi penanya. Sungguh Allah swt Maha perkasa, Maha bijaksana.

Allah swt. berfirman :
Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al-Baqarah : 255)
Pada hakikatnya manusia tidak tahu apa-apa tentang ilmu. Karena pemilik ilmu adalah Allah swt.. Dan sesungguhnya ilmu adalah salah satu sifat dari sifat Allah swt..
Ilmu terbagi menjadi dua, yaitu ilmu wahyu dan ilmu non wahyu. Ilmu wahyu yaitu yang diturunkan oleh Allah swt. dengan mengutus malaikat Jibril dan disampaikan kepada para nabi-Nya.
Firman Allah swt. :
“Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al-Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al-Quran dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, ‘Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.’ Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” (QS. Ali-‘Imran : 7)
Ayat-ayat muhkamaat adalah ayat-ayat terang dan tegas, maksudnya dapat dipahami dengan mudah. Sedangkan ayat-ayat mutasyabihaat adalah ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian yang sulit dipahami, atau hanya Allah yang mengetahui.
Firman Allah swt. :
“Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Al-Quran), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar.” (QS. An-Nisa : 162)
Orang-orang yang tidak beriman adalah yang mendustakan apa yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Pada dasarnya mereka tahu bahwa yang disampaikan itu benar-benar (hak) dan datang dari Allah swt.. Mereka juga tahu bahwa Rasulullah saw. adalah utusan-Nya, tetapi sifat kesombongan telah menguasai diri mereka sehingga mereka dijauhkan dari petunjuk kebenaran, seperti halnya iblis yang tahu bahwa Allah adalah Tuhan yang wajib disembah dan nabi Adam as. adalah seorang Rasul tetapi dia tetap tidak mau bersujud karena kesombongan sudah jadi sifat dirinya.
Sedangkan ilmu non wahyu, (ilmu yang tidak diwahyukan) meliputi pertukangan, pertanian, riset, teknologi,  dll.
  Ilmu adalah salah satu sifat Allah swt. yang diturunkan (diberikan) kepada segenap makhluk ciptaan-Nya meliputi manusia, jin, malaikat, binatang, dan sebagainya. Sifat Allah swt. meliputi alam semesta raya ini dan segenap makhluk yang ada dengan ilmu-Nya. Semua makhluk mempunyai ilmu menurut tingkatan masing-masing. Maka dengan ilmu yang Allah berikan, mereka bisa memelihara diri masing-masing. Salah satu contohnya yang terjadi pada ayam dan bebek; walaupun dalam satu sarang dan dikerami seekor ayam, setelah menetas, bebek tahu dengan ilmunya sendiri bahwa mereka berbeda jenis dan akhirnya memisahkan diri. Cara mencari makannya pun berbeda menurut ilmunya masing-masing. Allah swt. pun telah mengajarkan ilmu kepada burung, bagaimana caranya shalat dan membaca tasbih.
Firman Allah swt. :
“Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah; Kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS. An-Nur  : 41)
Burung-burung telah diberi ilham oleh Allah swt. bagaimana cara mereka melakukan ibadah kepada-Nya, mereka telah diberi naluri untuk mencari kesempurnaan hidup, seolah-olah mereka telah menyadari bahwa hidup ada yang menciptakan dan harus menghambakan diri kepada sang pencipta.
Kesempurnaan hidup adalah ketika seseorang mengerti bahwa Allah swt. adalah Tuhan yang wajib disembah dengan penuh ketaatan serta tidak menduakan-Nya dan dia memahami bahwa nabi Muhammad saw. adalah utusan Allah yang wajib dicontoh dalam segala perilaku kehidupan.
Kemudian burung-burung beribadah bersama nabi Daud as. dan mereka termasuk umat yang taat. Firman Allah swt. :
“Dan (kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masingnya amat taat kepada Allah.” (QS. Saad : 19)
 “Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami berfirman), ‘Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud’, dan Kami telah melunakkan besi untuknya,” (QS. Saba : 10)
Selain itu, Allah swt. juga telah mengajarkan ilmu kepada lebah.
Firman Allah swt. :
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia’. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS. An-Nahl : 68-69)
Dengan ilmu yang telah diwahyukan dari Allah, lebah sangat pandai dan apik dalam membuat sarangnya sehingga para ilmuan sangat kagum pada cara lebah saat membangun sel-sel tempat penyimpanan madu, mulai dari sudut-sudut yang berbeda dan bertemu di tengah sampai selesai pembuatan sarangnya yang berbentuk sangat sempurna. Sarang yang dibangun oleh lebah semata-mata ilmu dari Allah swt. yang telah diwahyukan kepada mereka. Manusia manakah yang bisa merancang sesempurna itu jika tanpa perhitungan yang sangat detil. Semua makhluk yang hidup ada di alam ilmu dan ilmu merupakan suatu alat untuk bisa berkarya. Tanpa ilmu manusia tidak bisa apa-apa.
Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang menginginkan dunia maka carilah ilmunya, barangsiapa yang menginginkan akhirat carilah ilmunya, barangsiapa yang menginginkan keduanya maka carilah kedua ilmunya”  (Hadist)
Yang menentukan tinggi dan rendahnya derajat diri seseorang adalah ilmunya, oleh karena itu janganlah seperti orang yang kehausan di tengah telaga atau kering di tengah lautan. Sejak penciptaan manusia yang pertama, Allah swt. telah membekalinya dengan ilmu dan ini diperlihatkan kepada para malaikat sebagai jawaban atas keraguan mereka.
Firman Allah swt. :  
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman, ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!" (QS. Al-Baqarah : 31)
Apapun itu bendanya, nabi Adam as. telah mengetahui nama-namanya, baik yang sudah ada ataupun yang akan datang di masa depan. Itulah jati diri manusia yang telah dilebihkan oleh penciptanya. Mereka pintar karena diberi tahu, mereka pandai karena diajari, mereka mulia karena dilebihkan dari mahluk yang lain.
Firman Allah swt. :“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al-Isra : 70)
Ilmu-ilmu yang diturunkan Allah swt. kepada para nabi as. sesuai dengan keperluan pada zamanya dan Allah yang memilih siapa yang pantas dan layak untuk menjalankannya.
Firman Allah swt. :
“Nabi mereka mengatakan kepada mereka, ‘Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu.’ Mereka menjawab, ‘Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?’ Nabi (mereka) berkata, ‘Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.’ Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 247)

Kepada nabi Sulaeman as. sebelum dijadikan seorang raja yang besar Allah swt. menawarkan tiga perkara, di antaranya harta, tahta, dan ilmu. Dan nabi Sulaeman as. memilih ilmu.

Firman Allah swt.:

“Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaeman tentang hukum (yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu…” (QS. Al-Anbiya : 79)
Dengan ilmu yang diberikan Allah swt., nabi Sulaeman as. dapat memimpin kerajaan yang sangat besar hingga dapat menaklukan bangsa jin, manusia, dan burung yang dijadikan pekerja- pekerja untuk membantu kerajaannya.
Firman Allah swt. :

“Dan Kami telah tundukkan (pula kepada Sulaiman) segolongan syaitan-syaitan yang menyelam (ke dalam laut) untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain daripada itu, dan adalah Kami memelihara mereka itu,” (QS. Al-Anbiya : 82)
“Dan (kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan syaitan yang lain yang terikat dalam belenggu.” (QS. Shaad : 37-38)
“Para jin itu membuat untuk Sulaeman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih.” (QS. Saba : 13)
“Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaeman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang diantara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.” (QS. Saba : 12)
  “Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendaki-Nya,” (QS. Shaad : 36)
Itulah kemuliaan yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang beriman dan yang mengutamakan Ilmu.






SHARE THIS

Author:

Hasanatul Qolbi adalah nama web/blog yang dikelola oleh Ustadz Rodin Syamsudin. Rodin Syamsudin atau lebih dikenal dengan Nama Ustadz Rodin adalah seorang pendakwah, seorang wiraswasta dan penulis buku di jalan SMPN 1 terusan jalan manglayang regensi Cileunyi. Saat ini Ustadz Rodin aktif sebagai Pembina Pondok Pesantren Al Hikmah Kp. Cimanglid Desa Padamulya Kec. Pasirwangi Kab. Garut, Jawa Barat.

0 comments: