BAB 4
TUJUH LAUTAN ILMU
Untuk menerangkan keluasan ilmu-Nya,
Allah swt. mengambil perumpamaan dengan lautan.
Kita tahu bahwa lautan lebih luas
dibandingkan dengan daratan. Para ahli
berpendapat bahwa perbandingan antara luas daratan dengan lautan adalah
1 : 3. Kemudian tingkat kepadatan air laut dengan air tawar lebih tinggi karena
kandungan kadar garam yang tinggi meningkatkan kepadatan air itu sendiri.
Di samping laut sebagai gudang rezeki
(tempat ikan), laut juga memiliki aneka rasa seperti yang dijelaskan dalam QS. Fatir : 12; Ada yang tawar, segar,
asin, dan pahit. Kita mengenal bahwa tinta alat tulis beraneka warna, begitu pula dengan air laut. Ada
yang berwarna hitam yang berada diantara Saudi Arabia dan Mesir, laut merah
yang terletak di sebelah barat Saudi Arabia, laut yang berwarna ungu di Ambon,
bahkan ada laut yang putih yang berada di kutub selatan dan kutub utara.
Firman Allah swt. :
“Katakanlah, ‘Sekiranya
lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah
lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami
datangkan tambahan sebanyak itu (pula)’ (QS. Al-Kahfi : 109)
“Dan seandainya
pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan
kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan
habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.” (QS. Luqman : 27)
Yang dimaksud tujuh lautan pada ayat di atas bukanlah
laut ini dan itu, tetapi seluruh lautan yang ada di alam semesta ini, sebanyak tujuh kali lipat, dan walaupun ditulis
lebih dari tujuh kali lipat, ilmu Allah tetap tidak akan pernah habis. Bahkan pepohonan yang ada di alam
semesta ini semua tidak akan cukup untuk menjadi penanya. Sungguh Allah swt
Maha perkasa, Maha bijaksana.
Allah swt. berfirman :
“Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka
dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah
melainkan apa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al-Baqarah : 255)
Pada hakikatnya manusia tidak tahu
apa-apa tentang ilmu. Karena pemilik ilmu adalah Allah swt.. Dan sesungguhnya ilmu
adalah salah satu sifat dari sifat Allah swt..
Ilmu terbagi
menjadi dua, yaitu ilmu wahyu dan ilmu non wahyu. Ilmu wahyu yaitu yang
diturunkan oleh Allah swt. dengan mengutus malaikat Jibril dan disampaikan
kepada para nabi-Nya.
Firman Allah swt. :
“Dia-lah yang menurunkan
Al kitab (Al-Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang
muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al-Quran dan yang lain (ayat-ayat)
mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan,
maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk
menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang
mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya
berkata, ‘Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari
sisi Tuhan kami.’ Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan
orang-orang yang berakal.” (QS. Ali-‘Imran : 7)
Ayat-ayat muhkamaat adalah ayat-ayat terang dan tegas, maksudnya dapat dipahami dengan
mudah. Sedangkan ayat-ayat mutasyabihaat adalah ayat-ayat yang mengandung
beberapa pengertian yang sulit dipahami, atau hanya Allah yang mengetahui.
Firman Allah
swt. :
“Tetapi orang-orang yang
mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada
apa yang telah diturunkan kepadamu (Al-Quran), dan apa yang telah diturunkan
sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang
itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar.” (QS. An-Nisa :
162)
Orang-orang yang tidak beriman
adalah yang mendustakan apa yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Pada dasarnya mereka
tahu bahwa yang disampaikan itu benar-benar (hak) dan datang dari Allah swt.. Mereka juga tahu bahwa Rasulullah saw. adalah utusan-Nya, tetapi sifat kesombongan telah
menguasai diri mereka sehingga mereka dijauhkan dari petunjuk kebenaran,
seperti halnya iblis yang tahu bahwa Allah adalah Tuhan yang
wajib disembah dan nabi Adam as. adalah seorang Rasul tetapi dia tetap tidak mau bersujud karena
kesombongan sudah jadi sifat dirinya.
Sedangkan ilmu
non wahyu, (ilmu yang tidak diwahyukan) meliputi pertukangan, pertanian, riset,
teknologi, dll.
Ilmu adalah
salah satu sifat Allah swt. yang diturunkan (diberikan) kepada segenap makhluk
ciptaan-Nya meliputi manusia, jin, malaikat, binatang, dan sebagainya. Sifat Allah swt. meliputi alam
semesta raya ini dan segenap makhluk yang ada dengan ilmu-Nya. Semua makhluk mempunyai ilmu menurut
tingkatan masing-masing. Maka dengan ilmu yang Allah berikan, mereka bisa
memelihara diri masing-masing. Salah satu contohnya yang terjadi pada ayam dan
bebek; walaupun dalam satu sarang dan
dikerami seekor ayam, setelah menetas, bebek tahu dengan ilmunya sendiri bahwa
mereka berbeda jenis dan akhirnya memisahkan diri. Cara mencari makannya pun
berbeda menurut ilmunya masing-masing. Allah swt. pun telah mengajarkan ilmu kepada
burung, bagaimana caranya shalat dan membaca tasbih.
Firman Allah swt. :
“Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah;
Kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan
mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan
tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS. An-Nur : 41)
Burung-burung
telah diberi ilham oleh Allah swt. bagaimana cara mereka melakukan ibadah
kepada-Nya, mereka telah diberi naluri untuk mencari kesempurnaan hidup,
seolah-olah mereka telah menyadari bahwa hidup ada yang menciptakan dan harus
menghambakan diri kepada sang pencipta.
Kesempurnaan
hidup adalah ketika seseorang mengerti bahwa Allah swt. adalah
Tuhan yang wajib disembah dengan penuh ketaatan serta tidak menduakan-Nya dan
dia memahami bahwa nabi Muhammad saw. adalah utusan Allah yang wajib dicontoh
dalam segala perilaku kehidupan.
Kemudian
burung-burung beribadah bersama nabi Daud as. dan mereka termasuk umat yang
taat. Firman Allah swt. :
“Dan (kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masingnya
amat taat kepada Allah.” (QS. Saad : 19)
“Dan sesungguhnya
telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami berfirman), ‘Hai
gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud’, dan
Kami telah melunakkan besi untuknya,” (QS. Saba : 10)
Selain itu, Allah swt. juga telah
mengajarkan ilmu kepada lebah.
Firman Allah swt. :
“Dan Tuhanmu mewahyukan
kepada lebah, ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan
di tempat-tempat yang dibuat manusia’. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam)
buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari
perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya
terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang
memikirkan.” (QS. An-Nahl : 68-69)
Dengan ilmu yang telah diwahyukan
dari Allah, lebah sangat pandai dan apik dalam membuat sarangnya sehingga para ilmuan
sangat kagum pada cara lebah saat membangun sel-sel tempat penyimpanan madu, mulai dari sudut-sudut yang berbeda dan bertemu di tengah sampai selesai pembuatan sarangnya yang berbentuk sangat
sempurna. Sarang yang dibangun oleh lebah semata-mata ilmu dari
Allah swt. yang telah diwahyukan kepada mereka. Manusia manakah yang bisa
merancang sesempurna itu jika tanpa perhitungan yang sangat detil. Semua
makhluk yang hidup ada di alam ilmu dan ilmu merupakan suatu alat untuk bisa
berkarya. Tanpa ilmu manusia tidak bisa apa-apa.
Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang menginginkan dunia maka
carilah ilmunya, barangsiapa yang menginginkan akhirat carilah ilmunya,
barangsiapa yang menginginkan keduanya maka carilah kedua ilmunya” (Hadist)
Yang menentukan
tinggi dan rendahnya derajat diri seseorang adalah ilmunya, oleh karena itu
janganlah seperti orang yang kehausan di tengah telaga atau kering di tengah
lautan. Sejak penciptaan manusia yang pertama, Allah swt. telah
membekalinya dengan ilmu dan ini diperlihatkan kepada para malaikat sebagai jawaban atas
keraguan mereka.
Firman Allah
swt. :
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu
berfirman, ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar
orang-orang yang benar!" (QS. Al-Baqarah : 31)
Apapun itu bendanya, nabi Adam as. telah mengetahui
nama-namanya, baik yang sudah ada ataupun yang akan datang di
masa depan. Itulah jati diri manusia yang telah dilebihkan oleh penciptanya.
Mereka pintar karena diberi tahu, mereka pandai karena diajari, mereka mulia karena dilebihkan dari
mahluk yang lain.
Firman Allah swt. :“Dan sesungguhnya telah
Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami
beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS.
Al-Isra : 70)
Ilmu-ilmu yang diturunkan Allah swt.
kepada para nabi as. sesuai dengan keperluan pada zamanya
dan Allah yang memilih siapa yang pantas dan layak untuk menjalankannya.
Firman Allah swt. :
“Nabi mereka mengatakan kepada mereka,
‘Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu.’ Mereka menjawab,
‘Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan
pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang cukup
banyak?’ Nabi (mereka) berkata, ‘Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan
menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.’ Allah memberikan
pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas
pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 247)
Kepada nabi Sulaeman as. sebelum dijadikan
seorang raja yang besar Allah swt. menawarkan tiga perkara, di antaranya harta, tahta, dan ilmu. Dan nabi Sulaeman as. memilih ilmu.
Firman Allah swt.:
“Maka Kami telah memberikan pengertian kepada
Sulaeman tentang hukum (yang lebih tepat); dan
kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu…” (QS. Al-Anbiya : 79)
Dengan ilmu yang diberikan Allah
swt., nabi Sulaeman as. dapat memimpin
kerajaan yang sangat besar hingga dapat menaklukan bangsa jin, manusia, dan
burung yang dijadikan pekerja- pekerja untuk membantu kerajaannya.
Firman Allah
swt. :
“Dan Kami telah tundukkan (pula kepada
Sulaiman) segolongan syaitan-syaitan yang menyelam (ke dalam laut) untuknya dan
mengerjakan pekerjaan selain daripada itu, dan adalah Kami memelihara mereka
itu,” (QS. Al-Anbiya : 82)
“Dan (kami tundukkan pula kepadanya)
syaitan-syaitan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan
syaitan yang lain yang terikat dalam belenggu.” (QS. Shaad : 37-38)
“Para jin itu membuat untuk Sulaeman apa
yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan
piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di
atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan
sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih.” (QS. Saba : 13)
“Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaeman,
yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan
perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami
alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di
hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang
menyimpang diantara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab
neraka yang apinya menyala-nyala.” (QS. Saba : 12)
“Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang
berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendaki-Nya,” (QS. Shaad :
36)
Itulah kemuliaan yang diberikan oleh Allah kepada
orang-orang yang beriman dan yang mengutamakan Ilmu.
0 comments: