7. Tujuh syarat sujud kepada Allah swt.
Dalam Al-Qur’an
Nul’adzim, kurang lebih ada 49 ayat yang menerangkan masalah sujud diantaranya
:
•
QS. Al-Baqarah : 34, 58, dan 125
•
QS. Ali-‘Imran : 43 dan 113
•
QS. An-Nisa : 102 dan 154
• QS. Al-A’raf : 11 - 12 ,
120, dan 206
•
QS. At-Taubah : 112
•
QS. Yusuf : 4 dan 100
•
QS. Ar-Ra’du : 15
•
QS. Al-Hijr : 29, 30 – 33, dan 98
•
QS. An-Nahl : 48 – 49
•
QS. Al-Isra’ : 61 dan 107
•
QS. Al-Kahfi : 50
•
QS. Maryam : 58
•
QS. Toha : 70 dan 116
•
QS. Al-Hajj : 18, 26, 77
•
QS. Al-Furqan :
60 dan 64
•
QS. Asy-Syu’ara : 46 dan 219
•
QS. As-Sajdah : 15
•
QS. Shod : 24, 72, 73, 75
•
QS. Az-Zumar : 9
•
QS. Al-Fath : 29
•
QS. An-Najmu : 62
•
QS. Al-Qalam : 42 – 43
•
QS. Al-Insan : 26
•
QS. Al-Insyiqoq : 21
•
QS. Al-‘Alaq : 19
Sujudnya makhluk kepada
makhluk sangatlah berbeda dengan sujudnya makhluk kepada penciptanya, yaitu
Allah swt.. Sujud makhluk kepada makhluk adalah sebagai bentuk penghormatan
seperti sujudnya para Malaikat kepada Nabi Adam as. atas perintah Allah swt..
Firman Allah swt. :
“Kami katakan kepada Para Malaikat, ‘Bersujudlah kamu kepada
Adam’, Maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.”
(QS. Al-A’raf : 11)
Atau sujudnya sebelas
bintang, matahari, dan bulan kepada Nabi Yusuf as..
“(ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, ‘Wahai ayahku,
sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat
semuanya sujud kepadaku.’" (QS. Yusuf : 4)
Ataupun seperti sujudnya
Nabi Yakub as. dan istrinya kepada putranya, Nabi Yusuf as..
“Dan ia menaikkan kedua ibu-bapanya ke atas singgasana. Dan mereka
(semuanya) tunduk bersujud kepada Yusuf. Dan berkata Yusuf, ‘Wahai ayahku
inilah ta'bir mimpiku yang dahulu itu; Sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya
suatu kenyataan. (QS. Yusuf : 100)
Sujud penghormatan
tergantung bagaimana adat istiadat di suatu daerah atau Negara. Contohnya
penghormatan di Negara Jepang dengan cara membungkukkan badan, sedangkan di
Negara Indonesia dengan cara mengangkat tangan yang disejajarkan dengan kepala
sebagai penghormatan kepada atasan atau yang dimuliakan, atau kepada
lambang-lambang Negara.
Sedangkan sujud kepada
Allah swt. sangtlah sakral dan di khususkan karena ada syarat dan tata caranya, waktunyapun ditentukan
terutama sujud (Shalat ) yang lima waktu
yang diatur dalam Al-Qur’an dan Hadist.
Firman Allah swt:
“Sesungguhnya
shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman.” (QS. An-Nisa : 103)
Dalam kitab
Fiqih (Safinatun-naja,) dijelaskan waktu-waktu yang wajib untuk Shalat
(bersujud) kepada Allah swt. diantaranya :
1. Waktu Dzuhur : wajib dilaksanakan ketika tergelincir matahari
hingga jadinya bayangan suatu perkara, sama dengan perkara tersebut, kecuali bayangan Istiwa.
2. Awal waktu Ashar : ketika jadinya bayangan setiap perkara, sama dengan perkara tersebut
atau lebih sedikit. Dan akhir waktu shalat ashar yaitu terbenamnya matahari.
3. Awal waktu shalat Magrib : setelah terbenamnya matahari,
sedangkan Akhir waktu shalat Magrib setelah terbenamnya mega merah.
4. Awal waktu Isya’ : yaitu terbenamnya mega merah, dan akhir
waktu shalat Isya’, terbitnya fajar sidiq (fajar benar).
5. Awal waktu shalat Subuh : yaitu terbitnya fajar Sidiq (fajar
benar). Sedangkan Akhir waktu shalat Subuh terbitnya matahari.
Mega
terbagi tiga diantaranya :
1. Mega merah
2. Mega kuning
3. Mega putih
Adapun mega
merah, tibanya waktu shalat magrib, sedangkan mega kuning dan mega putih
tibanya waktu shalat Isya Dan
di Sunnahkan mengakhirkan shalat Isya’ hingga
terbenamnya mega kuning dan mega putih.
Kemudian dijelaskan bahwa syarat-syarat sujud ada tujuh, diantaranya :
1.
Diharuskan sujud dengan tujuh anggota badan
2.
Dengan dahi yang terbuka
3. Menyentuhkan kepala
4. Tidak diperbolehkan condong untuk selain sujud
5. Tidak diperbolehkan sujud di atas sesuatu yang bergerak sehingga
merubah sujud
6. Diharuskan mengangkat segala sesuatu yang bawahnya terhadap yang atas
dirinya
7. Tuma’ninah (tertib, khusyu’) dalam sujud
Tujuh anggota sujud, yaitu :
1.
Dahi yang terbuka atau
dahi atas
2. Dua telapak tangan (dalam)
3. Dua lutut (dalam)
4. Jari-jari dua kaki
Disamping sujud
dilaksanakan dalam shalat, ada pula yang dilaksanakan di luar shalat seperti
sujud Tilawah, sujud Sahwi, sujud Syukur, dll.
Sujud kepada Allah swt.
adalah bentuk kepasrahan dan penghambaan seseorang kepada Tuhannya sekaligus
sebagai bentuk rasa syukur atas anugerah hidup yang telah diberikan-Nya, dan sebagai rasa sadar yang mendalam bahwa manusia asalnya tidak ada dan
akan kembali menjadi tidak ada, yaitu kembali kepada Allah swt. sebagai
penciptanya.
Dengan diwajibkannya sujud menggunakan tujuh anggota
badan, mengisyaratkan manusia agar mengetahui dan menyadari bahwa diri manusia
telah diciptakan oleh Allah swt. melalui tujuh
tahapan yang Maha hebat seperti yang dijelaskan dalam QS. Al-Mu’minun : 12 – 14. Ayat tersebut diakhiri dengan Maha Suci dan pencipta yang paling baik.
Artinya, dalam penciptaan manusia Allah swt. tidak membutuhkan siapapun, bahkan
dalam segala ciptaan-Nya Dia tidak memerlukan saksi; Apakah itu manusia, jin,
Malaikat, atau makhluk yang lainnya.
Pencipta yang paling baik, maksudnya
manusia adalah makhluk yang indah dalam bentuk dan rupa serta disempurnakan
dengan diberikannya akal pikiran. Sedangkan manusia sebagai makhluk yang
diciptakan, wajib bersyukur atas segala nikmat yang diberikan-Nya.
Dalam mendirikan shalat, ruku’ dan sujud merupakan rukun yang sangat penting walaupun
rukun-rukun yang lainnya pun penting, tetapi ruku’ dan sujud merupakan rukun
yang sangat diistimewakan karena manusia dapat lebih merasa dekat kepada Allah
swt. melaluinya.
Kesempurnaan Ruku’ dan sujud merupakan kunci khusyu’ dalam shalat.
Rasulullah saw. Bersabda :
اِذَاَحْسَنَ الّرَجُالُ الّصَلَاةَ فَاَءَتَمَّ-رُكُوْعَهَا
وَسُجُوْدَهَاقَالَتِ الّصَلاَةِ حَفِضَاكَ اَللهَ كَمَا
حَفِظْتَنِي ,فَتُرْفُعُ وَاِذَاسَاءَ الصَّلاةِ
فَلَمْ يُتِمَّ رُكُوُعَهَا وَسُجُوْدَهَا قَا لَتِ الّصَلاَة ِضَيَعَكَ الَلهُ كَمَ
ضَيَعْتنَيِ فَتُلَفُ كَمَاَ يُلَّفُ الثَوْبُ الْخَلَقْ فَيُضْرَبُ بِهَا وَجْهَهُ
{رواه الطيا لسي عن عبادة بن الصا مت }
“Apabila seseorang
membaikkan shalatnya, menyempurnakan ruku’ dan sujudnya, berkatalah shalat,
‘Allah telah memelihara engkau sebagaimana engkau memelihara aku’, Maka
diangkatlah shalat itu kehadirat Allah. Dan apabila seseorang memburukkan
shalatnya, tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya, berkatalah shalat, ‘Allah
telah menyia-nyiakan engkau, sebagaimana engkau menyia-nyiakan aku,’ Maka
dibungkuslah shalat itu sebagaimana membungkusnya kain yang buruk, maka
dipukulkanlah ke mukanya.” (HR. Thayalis dari ubadah bin shamit)
Banyak sekali
keutamaan-keutamaan ruku’ dan sujud dalam shalat seperti yang disabdakan Rasulullah saw. :
اذَا قاَمَاا لْعَبْدِ فِى ّصَلاَ
تِهِ ذُ رَ الْبِرُ عَلىَ رَاءْ سِه ِحَتّىَ يَرْ كَعْ فاَ ذَا رَكَعَ عَلَتْه
ُ رَحْمَةُ ا َللهِ حَتَى
يَسْجُد َوَالّسَاجِدُ يَسْجُدَ عَلىَ قَدَّ مِى ا لَلهِ تَعَا لَى فلَيَسْاءَلْ وَليْرْغَبْ (رواه سعيد بن منصور عن ابى عما ر مر سلا)
“Apabila berdiri
hamba dalam shalatnya, bertambahlah kebaikan di atas kepalanya sehingga dia
ruku’, maka apabila dia ruku’, naiklah akan dia rahmat Allah sehingga dia
bersujud, sujudlah dia atas memperhambakan dirinya kepada Allah, maka
bermohonlah dan bersuka citalah.” (HR. Said bin Maushur dari Amas mursalam)
Beruntunglah orang-orang
yang mendirikan shalatnya dengan benar karena rahmat dan pahala yang besar akan diberikan kepadanya.
Untuk mencapai
kesempurnaan shalat, Rasulullah saw. bersabda :
اِذَا اَقِيْمَتُ الّصَلاَةِ
فَكَبِّرْ ثُمَّ اِقْرَا مَا تَيْسَرَ مَعَكَ مِنَ اْلقُرَاَنِ ثُمَّ ارْكَعَ حَتّيَ
تَطْمَءِنَّ رَاكِعَا ثُمَّ اْرفَعْ حَتَّى تَعْتَدِ لْ قاَ ءِمَا ثُم ا سْجُدْ حَتّىَ
تَطْمَيِنّ سَا جِدًا ثُمَّ ارْفَعَ حَتّىَ تَطْمَيِنَ جَا لِسًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتّىَ
تَطْمَيِنَ سَا جِدًا ثُّم َافْعَلْ ذَلِكَ فِى صَلاَ تِكَ كُلُهَا {روه البخارى ومسلم}
“Apabila dikerjakan shalat maka takbirlah, kemudian bacalah apa yang
mudah bagi engkau dari pada ayat Al-Qur’an, kemudian ruku’lah hingga tu’maninah
ruku’nya, kemudian angkatlah kepalamu hingga I’tidal halnya berdiri lurus,
kemudian sujudlah hingga tu’maninah sujudnya, kemudian angkatlah kepala hingga
tu’maninah duduknya, kemudian sujudlah hingga tu’maninah sujudnya, kemudian
perbuatlah akan demikian pada shalat engkau kesemuanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam mendirikan shalat,
janganlah dikira-kira karena ada aturan yang sudah ditetapkan oleh Allah swt.
dan Rasulnya. Selain manusia, Malaikat, dan jin, ada pula yang bersujud pagi dan
petang, yaitu bayang-bayang, dia tunduk
dan taat kepada Allah swt..
Firman Allah swt. :
“Hanya kepada Allah-lah
sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan
sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan
petang hari.” (QS. Ar-Ra’d : 15)
Segenap makhluk
mengagungkan Allah swt. dan meMaha sucikan-Nya.
Firman Allah swt. :
“Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa
kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan,
bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian
besar daripada manusia? Dan banyak diantara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan
barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya.
Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Hajj : 18 ) Sembilan kelompok makhluk yang disebut dalam ayat di atas
adalah ciptaan Allah yang selalu bersujud kepada-Nya. Tetapi kita tidak tahu
bagaimana caranya mereka bersujud diantaranya yaitu :
1.
Makhluk-makhluk yang berada di langit, jumlahnya tidak
diterangkan ada berapa, jenisnya ada berapa, dari bangsa apa, apakah menyerupai
manusia atau tidak, yang diterangkan dalam Al-Qur’an dan hadist hanyalah
penjaga langit (Khajin) dari bangsa Malaikat yang selalu taat dan bertasbih
kepada Allah swt. Semua itu adalah rahasia-Nya yang menjadi Hak Allah sendiri
sebagai penguasa dan Pencipta.
2.
Makhluk-makhluk yang ada di bumi
yang bersujud kepada Allah, meliputi yang ada di darat dan di laut diantaranya,
manusia, jin, burung-burung, gunung, pepohonan, binatang darat, binatang laut.
Walaupun sama-sama sebagai penghuni planet ini tujuh kelompok mahluk ini tidak saling
mengetahui berapa jumlah masing-masing, hanya Allah swt. yang tahu berapa
jumlah semuanya karena Dia penciptanya.
Firman Allah swt. :
“Diantara (ayat-ayat)
tanda-tanda-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang
melata yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan
semuanya apabila dikehendaki-Nya” (QS. As-syuraa : 29).
3.
Matahari
pun bersujud kepada Allah, Dia yang Maha tahu cara matahari bersujud, sedangkan
yang kita tahu matahari sangat taat dalam menjalankan tugasnya, setiap pagi dia
terbit kemudian setelah senja dia terbenam dalam waktu yang tepat. Tetapi
banyak manusia yang bersujud kepada matahari, padahal dia hanya
makhluk ciptaan Allah swt.. Dari dahulu banyak manusia yang menjadikan matahari
sebagai Tuhan, diantaranya penduduk Negeri saba yang diperintah seorang
permpuan (ratu balqis) yang kemudian ditaklukan
Nabi Sulaeman as. dan masuk Islam.
4.
Bulan dan
bintang adalah makhluk Allah yang selalu
taat dan bersujud kepadaNya menurut perintah dan ketentuan-Nya. Dua makhluk ini
sering dijadikan sumpah oleh Allah swt. untuk menyatakan kekuasaannya agar
manusia tahu bahwa Dialah Tuhan yang
sangat perkasa dan wajib disembah, sebaliknya bukanlah bulan dan bintang yang
disembah seperti pada zaman orang-orang yang dahulu, keindahan bulan dan bitang
adalah tanda-tanda kekuasaan Allah swt..
5.
Ditundukan
pula gunung dan pepohonan sehingga mereka bersujud kepada Allah swt. kemudian
manusia ada yang hidup dan tinggal di gunung atau di kaki gunung, tetapi mereka
tidak memperhatikan bahwa yang mereka tapaki dan yang mereka jadikan tempat
tinggal (kampung) adalah makhluk Allah yang taat bersujud. Kemudian pepohonan yang
mereka tebang dan dijadikan bahan untuk membangun rumah-rumah atau kayu bakar
adalah makhluk Allah yang taat bersujud kepada-Nya. Oleh karena itu
bersahabatlah dengan mereka, jagalah kelestariannya, jangan menebang pepohonan
dengan sembarangan, biarkanlah gunung bersahabat (rimbun) dengan pohannya dan
biarkanlah mereka bersujud kepada Allah swt..
- 6.
Binatang
melatapun tak kalah taat bersujud kepada Allah swt. padahal mereka tidak
berakal serta terbatas dalam fisik, dengan segala keterbatasan dan kelemahannya
mereka tetap mengabdi dan bersujud kepada Tuhannya (Allah swt.). Mereka pun
telah menerima takdirnya yaitu
dihalalkan sebagai bahan konsumsi untuk manusia, disembelih, dimasak,
dan dan dimakan (kecuali yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya). Dan Allah
swt. telah melarang binatang dijadikan bahan adu-aduan (adu domba, dsb.) karena
mereka makhluk yang taat bersujud kepada-Nya, Allah melindungi setiap makhluk
yang taat bersujud kepada-Nya dan mereka yang zalim akan diazab-Nya.
Banyak makhluk ciptaan Allah swt. yang tidak berakal tetapi mereka
bersujud. Tetapi banyak manusia yang dianugerahi akal tetapi tidak mau bersujud
(beribadah) kepada Allah swt. bahkan mereka mengingkari Allah sebagai penciptanya,
maka Neraka jahanamlah yang akan mereka dapati di akhirat
nanti. Mereka jadi mahluk yang hina lebih hina dari binatang
melata.Tetapi bagi mereka yang bersujud (beribadah), maka mereka
mendapat kemulyaan dan surgalah yang akan mereka raih.
0 comments: