S Selasa,6 Agustus 2019
Kalimat kun
fayakun adalah milik Allah swt., tidak ada seorang pun yang bisa membuktikan kun fayakun kecuali Dia
.
Kun fayakun merupakan
bahasa yang bukan bahasa, bukan huruf dan bukan suara. Kfayakun artinya ‘jadi, maka jadilah ia’.
Ketika Allah
swt. menciptakan sesuatu cukup dengan mengatakan jadi maka jadilah ia, kecepatan
menjadikan sesuatu itu, yaitu antara kaf ( ك ) dan nun ( ن ).
Dalam keMaha kuasaan-Nya ini, berapakah hitungan (waktu) ketika bersatunya
antara kaf (
ك )dan nun ( ( ن sehingga menjadi ‘kun’ كن ) )
? Hanya Allah sendiri yang Maha tahu atas segala sesuatu. Manusia, jin, dan
malaikat tidak ada yang bisa untuk menirunya, bahkan untuk menjadi saksi pun
tidak akan mampu karena Maha luar biasanya jika Allah berkehendak.
Ketika
berpindahnya singgasana ratu Balqis dan disandingkan dengan singgasana nabi Sulaeman as. saja masih
ada hitungan waktunya, yaitu sepersekian detik. Kisahnya saat itu berawal dari
mukjizat yang diberikan oleh Allah swt. kepada nabi Sulaeman as., yaitu bisa berbicara dengan binatang.
Dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa
ketika itu burung-burung dikumpulkan, setelah diperiksa ternyata ada seekor
burung yang tidak hadir, yaitu burung hud-hud. Nabi Sulaeman mengancam akan menyembelihnya kecuali ada alasan yang jelas
dan bisa diterima. Kemudian burung hud-hud itu datang dan berkata bahwa
dia telah melihat (menemukan) sebuah negara yang sangat besar dan maju, singgasananya pun sangat mewah dan negara itu dipimpin oleh seorang ratu. Di sana mereka menyembah matahari, karena oleh syetan telah dihalang-halangi dari jalan Allah swt., bahkan mereka mengira
perbuatan seperti itu adalah indah sehingga mereka tidak mendapat petunjuk
Allah swt..
Setelah
mendengarkan penjelasan burung tersebut, nabi Sulaeman as. berkata, “Akan kami lihat, apakah kamu benar ataukah
berdusta”. Kemudian nabi Sulaeman
memerintah burung itu untuk membawa surat yang harus dijatuhkan di depan ratu
Balqis agar dia bisa membacanya. Setelah perintah tersebut dijalankan, ratu
Balqis berkata, “Wahai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan sebuah
surat yang mulia. Surat itu berasal dari Sulaeman yang isinya diawali kata-kata, ‘Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang. Janganlah berlaku
sombong kepadaku, datanglah padaku sebagai orang yang berserah diri.’ Wahai
para pembesar, berilah pertimbangan dalam hal ini, aku tidak pernah memutuskan
suatu persoalan tanpa keputusan majelis.”
Para
pembesar menjawab, “Kita mempunyai segalanya, mulai dari kekuatan sampai
keberanian dalam peperangan. Sekarang keputusan ada di tanganmu. Oleh karena
itu, pertimbangkanlah apa yang akan diperintahkan”. Ratu Balqis berkata,
“Sesungguhnya bila raja-raja ingin memasuki suatu negeri, mereka membinasakan
dan menjadikan penduduknya yang mulia menjadi hina dan demikianlah yang mereka
perbuat. Aku akan mengirimkan utusan kepada mereka untuk memberi hadiah emas
berlian yang banyak dan aku akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh
utusan itu.”
Setelah utusan itu sampai kepada nabi Sulaeman as., beliau berkata, “Apakah (patut) kamu menolong aku
dengan harta ? Apa yang diberikan Allah itu lebih baik daripada pemberianmu.
Jika kamu merasa bangga dengan hadiah itu, kembalilah kepada ratumu. Aku
0 comments: