02 July 2019

7 RAHASIA KUN - BAB 1 KUN (Bagian 1)


Kalimat kun fayakun adalah milik Allah swt.. Tidak ada seorang pun yang bisa membuktikan kun fayakun  kecuali Allah swt..

Kun fayakun merupakan bahasa yang bukan bahasa, bukan huruf dan bukan suara. Kun fayakun artinya ‘jadi maka jadilah’.

Ketika Allah swt. menciptakan sesuatu dengan mengatakan ‘jadi’ maka jadilah ia, kecepatan menjadikan sesuatu itu, yaitu antara kaf ( ك ) dan nun ( ن ). Dalam keMaha kuasaan-Nya ini, berapakah hitungan (waktu) ketika bersatunya antara kaf  ( ك )dan nun ( ( ن sehingga menjadi ‘kun’  كن ) ) ? Hanya Allah sendiri yang Maha tahu atas segala sesuatu. Manusia, jin, dan Malaikat tidak ada yang bisa untuk menirunya, bahkan untuk menjadi saksi pun tidak akan mampu karena Maha luar biasanya jika Allah berkehendak.

Ketika berpindahnya singgasana ratu Balqis dan disandingkan dengan singgasana Nabi Sulaeman as. saja masih ada hitungan waktunya, yaitu sepersekian detik. Kisahnya saat itu berawal dari mukjizat yang diberikan oleh Allah swt. kepada Nabi Sulaeman as., yaitu bisa berbicara dengan binatang.

Dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa ketika itu burung-burung dikumpulkan, setelah diperiksa ternyata ada seekor burung yang tidak hadir, yaitu burung hud-hud. Nabi Sulaeman mengancam akan menyembelihnya kecuali ada alasan yang jelas dan bisa diterima. Kemudian, burung hud-hud itu datang dan berkata bahwa dia telah melihat (menemukan) sebuah negara yang sangat besar dan maju, Singgasananya pun sangat mewah dan negara itu dipimpin oleh seorang ratu. Disana mereka menyembah matahari, karena oleh syetan telah dihalang-halangi dari jalan Allah swt., bahkan mereka mengira perbuatan seperti itu adalah indah sehingga mereka tidak mendapat petunjuk Allah swt..

Setelah mendengarkan penjelasan burung tersebut, Nabi Sulaeman as. berkata, “Akan kami lihat, apakah kamu benar ataukah berdusta”. Kemudian Nabi Sulaeman memerintah burung itu untuk membawa surat yang harus dijatuhkan di depan ratu Balqis agar dia bisa membacanya. Setelah perintah tersebut dijalankan, ratu Balqis berkata, “Wahai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan sebuah surat yang mulia. Surat itu berasal dari Sulaeman yang isinya diawali kata-kata, ‘Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Janganlah berlaku sombong kepadaku, datanglah padaku sebagai orang yang berserah diri.’ Wahai para pembesar, berilah pertimbangan dalam hal ini, aku tidak pernah memutuskan suatu persoalan tanpa keputusan majelis.”

Para pembesar menjawab, “Kita mempunyai segalanya, mulai dari kekuatan sampai keberanian dalam peperangan. Sekarang keputusan ada di tanganmu. Oleh karena itu, pertimbangkanlah apa yang akan diperintahkan”. Ratu Balqis berkata, “Sesungguhnya bila raja-raja ingin memasuki suatu negeri, mereka membinasakan dan menjadikan penduduknya yang mulia menjadi hina dan demikianlah yang mereka perbuat. Aku akan mengirimkan utusan kepada mereka untuk memberi hadiah emas berlian yang banyak dan aku akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan itu.”

Setelah utusan itu sampai kepada Nabi Sulaeman as., beliau (Nabi) berkata, “Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta ? Apa yang diberikan Allah itu lebih baik daripada pemberianmu. Jika kamu merasa bangga dengan hadiah itu, kembalilah kepada ratumu. Aku akan datang dengan membawa bala tentara yang tidak satupun kuasa melawannya dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (saba) dengan terhina dan mereka jadi tawanan yang hina dina.” Setelah itu, Nabi Sulaeman bertanya kepada pembesarnya, “Hai pembesar-pembesar, siapakah yang sanggup membawa singgasana ratu Balqis kepadaku sebelum mereka datang kepadaku ?”

Firman Allah swt. :  

“Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin, ‘Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; Sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya’” (QS. An-Naml : 39)

Kita tidak bisa menghitung kecepatan waktu yang ditawarkan jin ifrit untuk membawa singgasana ratu Balqis yang akan disandingkan dengan singgasana Nabi Sulaeman as..

Tetapi ada seorang ahli kitab yang bisa membawa singgasana ratu Balqis lebih cepat lagi. Allah swt. berfirman :
  

“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab, ‘Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip’. Maka tatkala Sulaeman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata, ‘Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia’” (QS. An-Naml : 40)

Kemudian Nabi Sulaeman as. memerintahkan supaya merubah singgasana itu, dan ingin melihat bagaimana sikap ratu Balqis. Maka ketika ratu Balqis datang dan ditanyakan kepadanya, dia menjawab, “Ini seperti singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri.” Kemudian ratu Balqis dipersilahkan masuk ke dalam istana itu. Maka tatkala dia melihat istana itu, dikiranya ada air yang besar dan disingkapkannya kedua betisnya, Nabi Sulaeman berkata, “Ini adalah istana licin terbuat dari kaca.” Berkatalah ratu Balqis, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaeman kepada Allah Tuhan semesta alam.”

Karena sangat cepatnya waktu yang ditawarkan (digunakan) seorang ahli kitab tersebut, kita jadi bertanya, berapakah hitungan waktunya ?  Apakah mungkin lebih cepat  dari cahaya ? Di dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Malik bin Somat dikatakan, “Ketika Nabi Muhammad saw. Isra dan Mi’raj, beliau naik kendaraan berupa buroq dan kecepatan buroq itu Ya dho’u khotwahu inda aksho thorfihi (sekali melangkah sejauh mata memandang).” Suatu kecepatan yang sangat luar biasa yang sudah tidak bisa diprediksi lagi. Itulah ilmu ( Mukjizat ) Allah swt. yang diberikan kepada makhluk-Nya (ilmu hadist).

Lalu bagaimana dengan Allah swt. pemilik semua ilmu (ilmu qodim dan ilmu hadis) ?
Allah swt. berfirman : 
“Allah pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya, ‘Jadilah!’ lalu jadilah ia.”  (QS. Al-Baqarah : 117)
Kun fayakun (jadilah maka jadilah ia) merupakan sesuatu yang sudah tidak terukur oleh akal manusia, Malaikat, atau jin manapun karena kedalamannya, ke-Maha luar biasaannya, serta keagungannya. 

Kecepatan Allah menciptakan sesuatu sungguh Maha luar biasa, sebelum makhluk makhluk-Nya melihat, mendengar, dan berfikir, maka semua ciptaan-Nya telah ada. Waktu itu langit tujuh belum ada, bumi belum ada, kosong lengang dan sepi. Tanpa ujung tanpa tepi, yang ada hanyalah tidak ada, sebutir debu pun belum tercipta, belum ada akal, belum ada rasa, belum ada bunyi, belum ada yang tampak. Yang ada hanyalah hampa, lengang dan jauh. Yang ada hanyalah sesuatu yang tidak lahir dan tidak mati. Dialah yang kekal, yang azali yaitu  Allah swt.. Dengan kebesaran dan keagungan-Nya Dia berfirman melalui bahasa yang bukan bahasa :

“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi, ‘Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa’. Keduanya menjawab, ‘kami datang dengan suka hati’" (QS. Fusilat : 11)

Ketika ahli kitab memindahkan Singgasana ratu balqis dan disandingkan dengan Singgasana  Nabi Sulaeman as., Pada waktu itu memindahkan sesuatu yang sudah ada ke tempat yang ada pula. Tetapi Allah swt. memanggil sesuatu yang belum ada hingga ada. Maka disitulah  perbedaan Ilmu Allah dengan makhluk-Nya. Ibarat  setetes  air yang jatuh dari paruh se-ekor burung dengan air di lautan.

Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi tanpa seorang saksi. Yang menggelar makhluk tanpa seorang pembantu. Tidak ada sekutu dalam ke-Ilahi-an. Tidak ada setara dalam ketunggalan-Nya. Kelu lidah mengungkap sifat-Nya. Lemah akal memerikan ma’rifat-Nya. Merendah segala penguasa karena kehebatan-Nya. Rebah segala wajah karena takut pada-Nya. Jatuh segala yang agung karena keagungan-Nya. ( Ahlul bait)

Jika kita perhatikan secara seksama, kalimat kun fayakun [ فيكون كن  ] terdiri dari  ك و ن ي ف ن ك yang semuanya berjumlah tujuh huruf. Bukankah ketika Allah swt. menciptakan langit dan bumi ada tujuh ? Subhanallah, itu adalah suatu fakta yang sangat nyata. Allah swt. berfirman :
  

Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu” (QS. Al-Baqarah : 29)

Dalam penciptaan bumi, langit yang tujuh, serta semua rahasiaNya adalah dengan kehendak Dzat Allah sendiri. Tidak ada yang menjadi sebab, dan tidak ada yang menjadi alasan, semua adalah Haq-Nya dan semua adalah  rahasia-Nya.

Sebelum para makhluk bertanya mengapa langit diciptakan oleh-Nya ada tujuh, mereka merasa sangat takjub dan diliputi rasa kekaguman yang tak sanggup berkata-kata.
Firman Allah swt. : 
“Dan  semua suara tunduk merendah kepada Tuhan yang Maha Pengasih sehingga yang kamu dengar hanyalah bisik-bisik” (QS.Taha-108)

Allah swt. menciptakan langit tujuh dan bumi dan segala sesuatu yang ada diantaranya agar menjadi Dalil ( bukti ) adanya Dia. Ketika penciptaannya Dia tidak memerlukan saksi dan  ketika menggelar makhluk Dia tidak memerlukan pembantu karena dalam penciptaan-Nya cukup dengan berkata “Kun fayakun” Jadilah maka jadilah ia.

Firman Allah swt. : 
Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai” (QS. Al-Anbiya : 23)

Allah swt. memberi jawaban untuk orang-orang yang bertanya tentang penciptaan alam semesta ini.  Firman Allah swt. :


“Katakanlah, ‘Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam.’ Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi, ‘Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa. Keduanya menjawab, ‘Kami datang dengan suka hati. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.” ( QS. Fusilat : 9-12)
                  
Ketika mereka melihat dan merasakan semua ciptaan Allah yang Maha hebat mereka diliputi ketakjuban,  maka semua bertasbih untuk-Nya.

Firman Allah swt. :

“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun” (QS. Al-Isra : 44)

Oleh karena itu Rasulullah saw. selalu membaca Tasbih  33x di setiap ba’da shalat wajib yang lima waktu; tahmid 33x dan takbir 33x lalu ditutup dengan kalimat (Lailaha, il-lallah wahdahu lasyari-kalah lahul-mulku walahul-hamdu-yuhyi wayumitu. Wahuwa alaa kulli syai,in qadir)

Kemudian Beliau  memerintahkan  kepada umatnya untuk selalu mengamalkannya setiap ba’da shalat. Dengan mengamalkannya maka Allah akan menghapuskan dosa umat-Nya walaupun sebanyak buih di lautan.

Rasulullah saw. bersabda :
وَالْحَمْدُ لِلهَ تَمْلاَالْمِزَنِ وَالتَّسْبِحُ وَالتَكْبِرْيَمْلاَ انِ الَسّمَوَاةِ وَالْاَرْضِ(رواه ابن حبان عن ابن ما لك الاسعرع)
“Ucapan Alhamdulillah, memenuhi timbangan. Ucapan subhanallah walhamdulillah, walluhu akbar, memenuhi lapangan antara langit da bumi.” (HR. Ibnu hiban dari ibnu malik Al-asy’ari)

Seandainya mereka mengerti dengan yang mereka baca niscaya tidak akan berhenti mengucapkannya.


SHARE THIS

Author:

Hasanatul Qolbi adalah nama web/blog yang dikelola oleh Ustadz Rodin Syamsudin. Rodin Syamsudin atau lebih dikenal dengan Nama Ustadz Rodin adalah seorang pendakwah, seorang wiraswasta dan penulis buku di jalan SMPN 1 terusan jalan manglayang regensi Cileunyi. Saat ini Ustadz Rodin aktif sebagai Pembina Pondok Pesantren Al Hikmah Kp. Cimanglid Desa Padamulya Kec. Pasirwangi Kab. Garut, Jawa Barat.

0 comments: