03 July 2019

7 RAHASIA KUN - BAB 1 KUN (Bagian 2)


Dalam ‘tujuh’, ada rahasia Allah mengenai hal-hal berikut :
1.     Tujuh rahasia untuk negeri Mesir


Bermula dari firman Allah swt. kepada Nabi Yusuf as. melalui mimpinya, dia melihat ada sebelas bintang, matahari, dan bulan. Semuanya bersujud kepadanya. Semua mimpinya itu diceritakan kepada bapaknya, Nabi Ya’kub as.. Nabi Ya’kub berkata pada Yusuf, “Anakku, jangan ceritakan mimpimu itu pada saudaramu, mereka akan membuat tipu daya untuk membinasakanmu. Sungguh syetan itu musuh yang jelas bagi manusia.”
Pada suatu hari, berkatalah salah seorang diantara saudara-saudara Yusuf, “Sesungguhnya Yusuf dan Benyamin itu paling dicintai oleh ayah kita sekalian, padahal kita ini merupakan tulang punggung keluarga. Sungguh! Ayah kita itu betul-betul salah sikap.”
“Kalau begitu, bunuh sajalah Yusuf itu, atau buanglah dia ke suatu daerah pesawangan, supaya perhatian ayah kalian tertumpah pada kalian saja dan sesudah itu kalian mempunyai kesempatan cukup untuk bertaubat menjadi orang-orang yang baik-baik.”
Seorang diantara mereka berkata, “Jangan kalian bunuh Yusuf. Jika kalian hendak bertindak tepat, ceburkan saja ke dalam sumur, biar nanti ia dipungut oleh kafilah yang lewat. Itupun kalau kalian hendak berbuat.”
Mereka berkata, “Wahai ayah kami! Mengapa engkau tidak percaya pada kami perihal Yusuf, padahal kami semua sungguh-sungguh ingin memberikan wejangan yang baik. Biarkanlah dia pergi bersama-sama kami besok bermain-main, bergembira ria. Percayalah! Betul-betul dia akan kami jaga dengan sebaik-baiknya.”
Ayahnya (Nabi Ya’kub) berkata, “Sungguh amat menyedihkan hatiku, bila kalian membawanya pergi, aku takut kalau-kalau dia dimakan serigala ketika kalian sedang lengah menjaganya.”
Mereka menjawab, “Sungguh! Jika ia sampai dimakan serigala sedang kami merupakan satu regu yang amat tangguh, lebih baik kami nanti mati saja semuanya.”
Pergilah mereka membawa Yusuf, sedang dalam hatinya telah bertekad bulat untuk menceburkannya ke dalam sumur.
“Lalu Kami berikan wahyu dengan bentuk ilham kepada Yusuf, ‘Jangan gentar, kelak engkau akan dapat menceritakan kepada mereka tingkah laku buruk mereka ini, disaat mereka sudah tidak kenal lagi kepadamu.
Kemudian setelah hari senja, mereka pun pulanglah, langsung menghadap ayahnya sambil menangis terisak-isak.Kata mereka, “Wahai ayah kami! Kami pergi dari tempat dimana kami berkumpul untuk bermain kejar-kejaran, sedangkan Yusuf kami tinggalkan dekat dengan barang kami, lalu dimakan serigala. Tentu engkau tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami berkata benar.”
Mereka itu datang membawa bajunya yang berlumur darah palsu. Kata ayahnya, “Bohong! Itu adalah cerita palsu hasil rekaan hati kalian saja. Namun bersikap sabar ialah yang lebih baik. Hanyalah kepada Allah tempat meminta pertolongan mengenai bencana yang telah kalian sepakati ini.”
(Tercantum dalam QS. Yusuf : 4-18)
Singkat cerita, setelah lewat suatu kafilah dari Madyan, saudara Yusuf menjualnya (Yusuf) dengan harga murah dengan maksud agar Yusuf segera dibawa pergi dari tempat itu.
“Dan orang Mesir yang membelinya berkata kepada isterinya, ‘Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, mudah-mudahan dia bermanfaat bagi kita atau kita pungut dia sebagai anak.’ Dan demikian pulalah Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di muka bumi (Mesir), dan agar Kami ajarkan kepadanya ta'bir mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti.” (QS. Yusuf : 21)
“Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan Dia menutup pintu-pintu, seraya berkata, ‘Marilah ke sini.’ Yusuf berkata, ’Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.’ Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.” (QS. Yusuf : 23)

Setelah fitnah merebak dan kasus Yusuf - Zulaikha menjadi bahan perguncingan dimana-mana, maka Yusuf berdoa kepada Allah, “Wahai Tuhanku! Aku lebih suka di penjara dari pada aku harus melakukan ajakan mereka. Dan sekiranya tidak Engkau hindarkan diriku dari jeratan mereka, tentu aku akan terpikat oleh cumbu rayunya dan pastilah aku terbilang orang bodoh.” Maka setelah jelas duduk perkara Yusuf - Zulaikha oleh baginda, lalu timbulah suatu pikiran untuk memenjarakan Yusuf sampai waktu yang tidak ditentukan.
Bersamaan dengan Yusuf masuk penjara, masuk pula dua orang pemuda ke dalam penjara itu. Seorang diantaranya berkata, “Sesungguhnya aku bermimpi memeras anggur.” Sedangkan yang lain berkata pula, “Aku pun bermimpi, bahwa aku menjunjung roti diatas kepalaku, sebagian habis dimakan burung. Coba terangkan kepada kami apa artinya mimpi kami itu.” Yusuf berkata, “Hai kedua teman sepenjaraku, adapun salah seorang diantara kalian akan menjadi pelayan minuman anggur untuk raja. Sedangkan yang lain akan disalib dan kepalanya akan dimakan burung.”
Kemudian Yusuf mengamanatkan kepada seorang diantara orang yang akan dibebaskan, “Ceritakanlah perihal ini kepada tuanmu.” Tetapi ternyata orang itu telah dibius syetan, sehinnga tidak menceritakan hal Yusuf kepada tuannya. Oleh sebab itu terpaksa ia tinggal di penjara beberapa tahun lagi.
Setelah Yusuf berada dalam penjara beberapa tahun kemudian, raja Mesir itu berkata, “Aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi gemuk-gemuk ditelan oleh tujuh ekor sapi yang kurus-kurus, dan aku melihpat pula tujuh tangkai biji-bijian yang bertunas hijau dan tujuh tangkai lagi kering menghampa. Hai para pembesar! Coba terangkan kepadaku arti mimpiku itu, apakah kalian dapat mengartikannya?” Mereka menjawab, “Itu mimpi hampa belaka. Dan sebenarnya kami bukanlah ahli penebak mimpi.”
Sementara itu, orang yang sudah lepas hukuman dari dua orang tadi, tiba-tiba teringat akan rekannya sepenjara yang sudah lama terlupakan itu. Ia berkata, “Biarlah aku bawa perkara mimpi ini kepada orang yang mengetahui ilmu ta’wil. Suruhlah aku pergi ke sana.”
“Hai Yusuf yang jujur tuturnya, terangkanlah kepada kami, tentang tujuh ekor sapi gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi kurus-kurus dan tentang tujuh tangkai biji yang bertunas dengan tujuh tangkai lagi hampa? Sangat diharapkan, aku dapat kembali menemui pihak yang berkuasa itu. Mudah-mudahan mereka dapat mengenal keserjanaan kamu!”
Berkatalah Yusuf, “Kamu harus bercocok tanam selama tujuh tahun secara terus-menerus. Dari hasil panen yang kamu pungut, simpanlah dengan tangkai-tangkainya, hanya sebagian kecil sajalah yang boleh kamu makan. Selanjutnya nanti akan datang masa paceklik pada tujuh tahun berikutnya, yang akan menghabiskan persediaan yang telah kamu simpan, hanya tinggal sedikit saja yang dapat kamu sisakan. Sesudah itu akan datang pula musim dimana manusia akan banyak mendapat hujan, dan pada tahun itu orang akan dapat menggilang anggur dan membuat minyak.”
Berkatalah raja, “Bawalah dia ke hadapanku!” Tatkala utusan itu mendatangi Yusuf menyampaikan berita raja, Yusuf menjawab, “Pergilah pulang kembali kepada tuanmu! Lalu tanyakan kepadanya, ‘Bagaimana sebenarnya tentang kaum wanita yang memotong jari-jemarinya? Sebenarnya Tuhanku Maha Mengetahui tentang tindak licik mereka itu.’”
Raja bertanya pada para wanita, “Apakah maksud yang sebenarnya, maka sampai kalian hendak mencumbu rayu Yusuf itu?” Mereka menjawab, “Naudzubillah! Semoga melindungi kami, sedikitpun tidak mungkin berbuat cabul!” Berkatalah Zulaikha, istri yang dipertuan, “Nah, sekarang pertanyaan yang sebenarnya dari pihak aku sendiri semuanya! Akulah yang mencumbu rayu dia. Dan dialah yang berada di pihak yang benar.”
Raja bersabda, “Bawalah dia ke hadapanku, sebab aku akan mengangkatnya menjadi satu-satunya pembantu pribadiku.” Ketika raja telah memulai pembicaraan dengan dia, dia berkata, “Mulai hari ini engkau menjabat jabatan tertinggi di sampingku, dengan kepercayaan penuh.”
Yusuf menjawab, “Angkatlah aku menjadi menteri perbendaharaan negara! Aku sangat  cermat, bahkan tahu mengendalikan kementerian itu.”
Demikianlah Kami memberikan kedudukan yang kuat kepada Yusuf di negara Mesir, sampai ia menempati kedudukan tertinggi, berkuasa penuh menjalankan kebijaksanaannya, dimana dan bilamana saja disukai.
Ramalan yang diberikan oleh Yusuf menjadi kenyataan, negeri Mesir terjadi paceklik bahkan meluas sampai ke beberapa negeri, termasuk negeri kan’an (negeri Nabi Ya’kub ayah Nabi Yusuf).
Ya’kub (ayah Yusuf) menganjurkan agar anak-anaknya datang ke Mesir, menghadap pemerintah untuk mohon bantuan bahan makanan.
Saudara-saudara Yusuf (anak-anak Ya’kub) lalu berdatangan ke Mesir langsung masuk ke ruang kerjanya (Yusuf). Seketika itu juga, Yusuf bisa mengenal mereka, sedang mereka tidak mengenali Yusuf.
Setelah Yusuf memberi mereka makanan melebihi jatahnya, ia berpesan, “Bawalah kemari saudara kalian se-ayah. Bukankah sudah kalian lihat sendiri, bahwa aku menakar sukatan dengan cukup dan menerima tamu dengan ramah? Bila kalian tidak membawanya kemari, maka kalian tidak akan memperoleh jatah lagi dari padaku, bahkan mendekati negeriku pun dilarang”
Mereka menjawab, “Kami akan berdaya upaya dengan sungguh-sungguh agar ayahnya dapat melepaskan anaknya kemari dan pesan itu benar-benar akan kami laksanakan.”
Lalu Yusuf berkata kepada bujang-bujangnya, “Masukkan kembali barang dagangan mereka ke dalam karungnya, agar mereka mengenali budi baik kita begitu mereka berada di tengah-tengah keluarganya. Dan mudah-mudahan mereka kembali lagi.”
Maka tatkala mereka telah bertemu kembali dengan ayahnya, mereka berkata, “Wahai ayah kami, kita tidak akan memperoleh jatah lagi, jika seandainya tidak bersama Benyamin. Oleh karena itu, izinkanlah dia untuk pergi bersama kami, agar kita mendapat jatah pangan. Dan kami berjanji akan menjaganya dengan sungguh-sungguh.”
Ya’kub bersabda (menjawab), “Sekarang aku tidak mungkin mempercayakan Bunyamin kepada kalian, aku khawatir berakibat seperti Yusuf dahulu.” Akhirnya dengan berbagai macam dalih, Bunyamin diizinkan ikut oleh Ya’kub.
Ya’kub berkata, “Hai anak-anakku, bila kalian kembali ke sana lagi, janganlah masuk dari satu pintu secara serempak, tetapi masuklah dari beberapa buah pintu yang berlainan seorang demi seorang. Namun berhati-hatilah karena aku tidak dapat membela kalian dari hukum Allah.”
Setelah mereka masuk sesuai dengan petunjuk ayahnya, dan Bunyamin masuk ke kamar kerja Yusuf, segera Yusuf merangkul Bunyamin. Yusuf berkata, “Sesungguhnya aku ini saudaramu yang hilang. Harapanku, janganlah hatimu terenyuh karena perbuatan busuk mereka. “
Setelah mereka (Yusuf) memberi mereka bahan pangan melebihi jatahnya, diam-diam yusuf memasukkan piala (alat penakar gandum) ke dalam karung milik Bunyamin. Kemudian para penakar pangan yang merasa kehilangan piala, berteriak dengan suara lantang, “Hai kafilah, kalian telah mencuri sesuatu!” Mereka berbalik tanya sambil menengok  ke arah yang berteriak, “Barang apa yang hilang ?”
Para penakar menjawab, “Kami kehilangan piala kerajaan. Siapa yang mengembalikannya akan diberi gandum sebeban unta. Dan aku yang menjaminnya.” Saudara-saudara Yusuf berkata, “Demi Allah!  Kalian sendiri mengetahui bahwa kami datang bukan untuk berbuat onar di kawasan ini, dan kami ini benar-benar tidak mencurinya.”
Para penakar menegaskan lagi, “Apa hukumannya jika kalian berdusta ?” Mereka menjawab dengan tandas, “Hukumannya ialah, barangsiapa yang dikarungnya ditemukan barang yang hilang, maka pribadinya sendirilah yang menanggung hukumannya. Demikian syariat kami memutuskan hukuman terhadap pelaku pencurian.”
Lalu Yusuf pun mulai memeriksa karung-karung mereka satu per satu, sebelum memeriksa karung adiknya sendiri. Kemudian dia mengeluarkan piala kerajaan itu dari karung adiknya. Demikianlah Kami mengilhami siasat bijaksana kepada Yusuf.
Mereka berkata, “Wahai paduka yang mulia, dia mempunyai ayah yang sudah amat tua, karena itu ambil sajalah salah satu diantara kami, tuan adalah orang yang suka berbuat kebajikan.” Bunyamin sangat disayangi oleh ayahnya terutama sejak hilangnya Yusuf, sang ayah hampir tidak sanggup berpisah dengan dia.
Yusuf menjawab, “Aku mohon perlindungan kepada Allah daripada menahan seseorang, kecuali memang ditemukan barang-barang kami padanya.” (Yusuf tidak mengatakan Bunyamin mencuri)
“Kalau kami bertindak lain dari itu, niscaya kami terbilang orang zalim.” “Kembalilah kalian menemui ayah kalian dan katakan, ‘Wahai ayah kami anakmu Bunyamin telah mencuri.’ Kalau ayah tidak percaya tanyakan kepada penduduk Mesir dimana kami telah mengambil pangan, atau kepada kafilah yang seberangkat dengan kami. Percayalah, bahwa kami sungguh-sungguh bersikap jujur’”
Ya’kub menjawab, “Bohong! Itu hanya pengelabuan atas perbuatan busuk kalian, yang sekarang hendak kalian ulangi lagi. Namun bersikap sabar jualah yang paling baik. Semoga Allah memulangkan mereka semuanya kepadaku. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mengetahui dan Bijaksana.”
Lalu dengan mendongkol Ya’kub menyingkir dari mereka, seraya berkata sedih, “Aduhai, alangkah besarnya duka citaku karena kehilangan Yusuf. Kedua mata memutih (rabun) karena mengidap duka cita, penuh rasa amarah.” Mereka berkata, “Demi Allah, engkau senantiasa mengenang Yusuf, sampai engkau mengidap penyakit yang gawat, atau mati sama sekali karena kedukaan.”
Ya’kub menjawab, “Kalian jangan mencelaku, karena aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku hanya kepada Allah, bukan kepada kalian. Dan dari Allah aku mengetahui sesuatu yang tidak kalian ketahui. Hai anak-anakku, pergilah kalian ke Mesir, dan carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya. Lagi pula kalian jangan berputus asa dari rahmat Allah. Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir.”
Tatkala mereka masuk menemui Yusuf, mereka berkata, “Wahai paduka yang mulia! Kami dan keluarga kami telah tertimpa kelaparan, sedang kami hanya membawa dagangan yang berharga murah. Namun berilah kami jatah pangan secukupnya. Kelebihannya ganti sedekahlah kepada kami. Sesungguhnya Allah memberikan balasan berganda terhadap orang-orang yang bersedekah.” Yusuf bertanya, “Apakah kalian ingat tingkah busuk yang pernah kalian lakukan dahulu terhadap Yusuf, dan selang belum lama ini terhadap saudaranya, Bunyamin pada waktu kalian tidak menyadari akibatnya?”
Mereka berbalik bertanya, “Apakah engkau ini Yusuf?” Yusuf menjawab, “Ya, sayalah Yusuf dan yang ini saudaraku Bunyamin. Allah telah mengaruniai pertemuan kepada kami. Sebenarnya, siapa yang bertaqwa dan tabah, tentu Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebajiakan.”
Mereka berkata, “Demi Allah, sungguh-sungguh Allah telah mengaruniaimu kelebihan-kelebihan atas kami. Dan kami dalam peristiwa masa lalu itu betul-betul pihak yang bersalah.”
Yusuf menjawab, “Mulai hari ini, kalian bebas dari segala macam tuntutan! Semoga Allah mengampuni kalian, Dia adalah Maha Penyayang diantara semua yang penyayang. Sekarang pulanglah kalian dengan membawa kemejaku ini. Begitu kalian sampai lekapkanlah ke wajah ayahku, nanti matanya akan melihat kembali. Sesudah itu, bawalah seluruh keluarga kalian ke sini.”
Setelah kafilah anak-anak Ya’kub itu melewati perbatasan wilayah Mesir, ayah mereka (Ya’kub) yang tinggal di Kan’an berkata terhadap cucu-cucunya, “Aku merasa mencium bau Yusuf. Kalau kalian tidak menganggapku orang tua dungu, tentu kalian membenarkan perkataanku.”
Mereka berkata, “Demi Allah, rupanya engkau masih saja berlamunan kosong seperti dahulu.”
Tatkala pembawa kabar itu tiba, dilekapkannya kemeja itu ke wajah Ya’kub, dengan tiba-tiba dia dapat melihat kembali, lalu berkata, “Bukankah telah kukatakan kepada kalian, bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kalian ketahui.”
Itulah diantara mukjizat Nabiyullah Yusuf as. serta tujuh rahasia untuk Negeri Mesir.
Hikmah kisah diatas :  ketika seseorang diuji oleh Allah swt. maka janganlah berburuk sangka, karena pada dasarnya setiap ujian yang diberikan pada setiap hamba-Nya sudah tentu ada kebaikan yang dirahasiakan.


SHARE THIS

Author:

Hasanatul Qolbi adalah nama web/blog yang dikelola oleh Ustadz Rodin Syamsudin. Rodin Syamsudin atau lebih dikenal dengan Nama Ustadz Rodin adalah seorang pendakwah, seorang wiraswasta dan penulis buku di jalan SMPN 1 terusan jalan manglayang regensi Cileunyi. Saat ini Ustadz Rodin aktif sebagai Pembina Pondok Pesantren Al Hikmah Kp. Cimanglid Desa Padamulya Kec. Pasirwangi Kab. Garut, Jawa Barat.

0 comments: