Dalam ‘tujuh’,
ada rahasia Allah mengenai hal-hal berikut
:
1. Tujuh rahasia untuk negeri Mesir
Bermula dari firman Allah
swt. kepada Nabi Yusuf as. melalui mimpinya, dia melihat ada sebelas bintang,
matahari, dan bulan. Semuanya bersujud kepadanya. Semua mimpinya itu
diceritakan kepada bapaknya, Nabi Ya’kub as.. Nabi Ya’kub berkata pada Yusuf,
“Anakku, jangan ceritakan mimpimu itu pada saudaramu, mereka akan membuat tipu
daya untuk membinasakanmu. Sungguh syetan itu musuh yang jelas bagi manusia.”
Pada suatu hari,
berkatalah salah seorang diantara saudara-saudara Yusuf, “Sesungguhnya Yusuf
dan Benyamin itu paling dicintai oleh ayah kita sekalian, padahal kita ini
merupakan tulang punggung keluarga. Sungguh! Ayah kita itu betul-betul salah
sikap.”
“Kalau begitu, bunuh
sajalah Yusuf itu, atau buanglah dia ke suatu daerah pesawangan, supaya
perhatian ayah kalian tertumpah pada kalian saja dan sesudah itu kalian
mempunyai kesempatan cukup untuk bertaubat menjadi orang-orang yang baik-baik.”
Seorang diantara mereka
berkata, “Jangan kalian bunuh Yusuf. Jika kalian hendak bertindak tepat,
ceburkan saja ke dalam sumur, biar nanti ia dipungut oleh kafilah yang lewat.
Itupun kalau kalian hendak berbuat.”
Mereka berkata, “Wahai
ayah kami! Mengapa engkau tidak percaya pada kami perihal Yusuf, padahal kami
semua sungguh-sungguh ingin memberikan wejangan yang baik. Biarkanlah dia pergi
bersama-sama kami besok bermain-main, bergembira ria. Percayalah! Betul-betul
dia akan kami jaga dengan sebaik-baiknya.”
Ayahnya (Nabi Ya’kub) berkata, “Sungguh amat menyedihkan
hatiku, bila kalian membawanya pergi, aku takut kalau-kalau dia dimakan
serigala ketika kalian sedang lengah menjaganya.”
Mereka menjawab, “Sungguh! Jika ia sampai dimakan
serigala sedang kami merupakan satu regu yang amat tangguh, lebih baik kami
nanti mati saja semuanya.”
Pergilah mereka membawa
Yusuf, sedang dalam hatinya telah bertekad bulat untuk menceburkannya ke dalam sumur.
“Lalu Kami berikan wahyu dengan bentuk ilham kepada Yusuf, ‘Jangan
gentar, kelak engkau akan dapat menceritakan kepada mereka tingkah laku buruk
mereka ini, disaat mereka sudah tidak kenal lagi kepadamu.
Kemudian setelah hari
senja, mereka pun pulanglah, langsung menghadap ayahnya sambil menangis
terisak-isak.Kata mereka, “Wahai ayah kami! Kami pergi dari tempat dimana kami
berkumpul untuk bermain kejar-kejaran, sedangkan Yusuf kami tinggalkan dekat
dengan barang kami, lalu dimakan serigala. Tentu engkau tidak akan percaya
kepada kami, sekalipun kami berkata benar.”
Mereka itu datang membawa
bajunya yang berlumur darah palsu. Kata ayahnya, “Bohong! Itu adalah cerita
palsu hasil rekaan hati kalian saja. Namun bersikap sabar ialah yang lebih
baik. Hanyalah kepada Allah tempat meminta pertolongan mengenai bencana yang
telah kalian sepakati ini.”
(Tercantum
dalam QS. Yusuf : 4-18)
Singkat cerita, setelah
lewat suatu kafilah dari Madyan, saudara Yusuf menjualnya (Yusuf) dengan harga
murah dengan maksud agar Yusuf segera dibawa pergi dari tempat itu.
“Dan orang Mesir yang
membelinya berkata kepada isterinya, ‘Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan)
yang baik, mudah-mudahan dia bermanfaat bagi kita atau kita pungut dia sebagai
anak.’ Dan demikian pulalah Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di
muka bumi (Mesir), dan agar Kami ajarkan kepadanya ta'bir mimpi. Dan Allah
berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti.” (QS.
Yusuf : 21)
“Dan wanita (Zulaikha)
yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya
(kepadanya) dan Dia menutup pintu-pintu, seraya berkata, ‘Marilah ke sini.’
Yusuf berkata, ’Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan
aku dengan baik.’ Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.”
(QS. Yusuf : 23)
Setelah fitnah merebak dan kasus Yusuf - Zulaikha menjadi bahan perguncingan dimana-mana,
maka Yusuf berdoa kepada Allah, “Wahai Tuhanku! Aku lebih suka di penjara dari
pada aku harus melakukan ajakan mereka. Dan sekiranya tidak Engkau hindarkan
diriku dari jeratan mereka, tentu aku akan terpikat oleh cumbu rayunya dan
pastilah aku terbilang orang bodoh.” Maka setelah jelas duduk perkara Yusuf -
Zulaikha oleh baginda, lalu timbulah suatu pikiran untuk memenjarakan Yusuf
sampai waktu yang tidak ditentukan.
Bersamaan dengan Yusuf
masuk penjara, masuk pula dua orang pemuda ke dalam penjara itu. Seorang
diantaranya berkata, “Sesungguhnya aku bermimpi memeras anggur.” Sedangkan yang
lain berkata pula, “Aku pun bermimpi, bahwa aku menjunjung roti diatas
kepalaku, sebagian habis dimakan burung. Coba terangkan kepada kami apa artinya
mimpi kami itu.” Yusuf berkata, “Hai kedua teman sepenjaraku, adapun salah
seorang diantara kalian akan menjadi pelayan minuman anggur untuk raja.
Sedangkan yang lain akan disalib dan kepalanya akan dimakan burung.”
Kemudian Yusuf
mengamanatkan kepada seorang diantara orang yang akan dibebaskan, “Ceritakanlah
perihal ini kepada tuanmu.” Tetapi ternyata orang itu telah dibius syetan, sehinnga tidak menceritakan hal Yusuf kepada tuannya. Oleh sebab
itu terpaksa ia tinggal di penjara beberapa tahun lagi.
Setelah Yusuf berada
dalam penjara beberapa tahun kemudian, raja Mesir itu berkata, “Aku bermimpi
melihat tujuh ekor sapi gemuk-gemuk
ditelan oleh tujuh ekor sapi yang
kurus-kurus, dan aku melihpat pula tujuh tangkai biji-bijian yang bertunas
hijau dan tujuh tangkai lagi kering
menghampa. Hai para pembesar! Coba terangkan kepadaku arti mimpiku itu, apakah
kalian dapat mengartikannya?” Mereka menjawab, “Itu mimpi hampa belaka. Dan
sebenarnya kami bukanlah ahli penebak mimpi.”
Sementara itu, orang yang
sudah lepas hukuman dari dua orang tadi, tiba-tiba teringat akan rekannya sepenjara
yang sudah lama terlupakan itu. Ia berkata, “Biarlah aku bawa perkara mimpi ini
kepada orang yang mengetahui ilmu ta’wil. Suruhlah aku pergi ke sana.”
“Hai Yusuf yang jujur
tuturnya, terangkanlah kepada kami, tentang tujuh
ekor sapi gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor
sapi kurus-kurus dan tentang tujuh
tangkai biji yang bertunas dengan tujuh
tangkai lagi hampa? Sangat diharapkan, aku dapat kembali menemui pihak yang
berkuasa itu. Mudah-mudahan mereka dapat mengenal keserjanaan kamu!”
Berkatalah Yusuf, “Kamu
harus bercocok tanam selama tujuh
tahun secara terus-menerus. Dari hasil panen yang kamu pungut, simpanlah dengan
tangkai-tangkainya, hanya sebagian kecil sajalah yang boleh kamu makan.
Selanjutnya nanti akan datang masa paceklik pada tujuh tahun berikutnya, yang akan menghabiskan persediaan yang
telah kamu simpan, hanya tinggal sedikit saja yang dapat kamu sisakan. Sesudah itu akan
datang pula musim dimana manusia akan banyak mendapat hujan, dan pada tahun itu
orang akan dapat menggilang anggur dan membuat minyak.”
Berkatalah raja, “Bawalah
dia ke hadapanku!” Tatkala utusan itu mendatangi Yusuf menyampaikan berita
raja, Yusuf menjawab, “Pergilah pulang kembali kepada tuanmu! Lalu tanyakan
kepadanya, ‘Bagaimana sebenarnya tentang kaum wanita yang memotong
jari-jemarinya? Sebenarnya Tuhanku Maha Mengetahui tentang tindak licik mereka
itu.’”
Raja bertanya pada para
wanita, “Apakah maksud yang sebenarnya, maka sampai kalian hendak mencumbu rayu
Yusuf itu?” Mereka menjawab, “Naudzubillah! Semoga melindungi kami, sedikitpun
tidak mungkin berbuat cabul!” Berkatalah Zulaikha, istri yang dipertuan, “Nah,
sekarang pertanyaan yang sebenarnya dari pihak aku sendiri semuanya! Akulah
yang mencumbu rayu dia. Dan dialah yang berada di pihak yang benar.”
Raja bersabda, “Bawalah
dia ke hadapanku, sebab aku akan mengangkatnya menjadi satu-satunya pembantu
pribadiku.” Ketika raja telah memulai pembicaraan dengan dia, dia berkata,
“Mulai hari ini engkau menjabat jabatan tertinggi di sampingku, dengan
kepercayaan penuh.”
Yusuf menjawab,
“Angkatlah aku menjadi menteri perbendaharaan negara! Aku sangat cermat, bahkan tahu mengendalikan kementerian
itu.”
Demikianlah Kami memberikan kedudukan yang kuat kepada Yusuf di negara
Mesir, sampai ia menempati kedudukan tertinggi, berkuasa penuh menjalankan
kebijaksanaannya, dimana dan bilamana saja disukai.
Ramalan yang diberikan
oleh Yusuf menjadi kenyataan, negeri Mesir terjadi paceklik bahkan meluas
sampai ke beberapa negeri, termasuk negeri kan’an (negeri Nabi Ya’kub ayah Nabi
Yusuf).
Ya’kub (ayah Yusuf)
menganjurkan agar anak-anaknya datang ke Mesir, menghadap pemerintah untuk
mohon bantuan bahan makanan.
Saudara-saudara Yusuf
(anak-anak Ya’kub) lalu berdatangan ke Mesir langsung masuk ke ruang kerjanya
(Yusuf). Seketika itu juga, Yusuf bisa mengenal mereka, sedang mereka tidak
mengenali Yusuf.
Setelah Yusuf memberi
mereka makanan melebihi jatahnya, ia berpesan, “Bawalah kemari saudara kalian
se-ayah. Bukankah sudah kalian lihat sendiri, bahwa aku menakar sukatan
dengan cukup dan menerima tamu dengan ramah? Bila kalian tidak membawanya
kemari, maka kalian tidak akan memperoleh jatah lagi dari padaku, bahkan
mendekati negeriku pun dilarang”
Mereka menjawab, “Kami
akan berdaya upaya dengan sungguh-sungguh agar ayahnya dapat melepaskan anaknya
kemari dan pesan itu benar-benar akan kami laksanakan.”
Lalu Yusuf berkata kepada
bujang-bujangnya, “Masukkan kembali barang dagangan mereka ke dalam karungnya,
agar mereka mengenali budi baik kita begitu mereka berada di tengah-tengah
keluarganya. Dan mudah-mudahan mereka kembali lagi.”
Maka tatkala mereka telah
bertemu kembali dengan ayahnya, mereka berkata, “Wahai ayah kami, kita tidak
akan memperoleh jatah lagi, jika seandainya tidak bersama Benyamin. Oleh karena
itu, izinkanlah dia untuk pergi bersama kami, agar kita mendapat jatah pangan.
Dan kami berjanji akan menjaganya dengan sungguh-sungguh.”
Ya’kub bersabda
(menjawab), “Sekarang aku tidak mungkin mempercayakan Bunyamin kepada kalian, aku
khawatir berakibat seperti Yusuf dahulu.” Akhirnya dengan berbagai macam dalih,
Bunyamin diizinkan ikut oleh Ya’kub.
Ya’kub berkata, “Hai
anak-anakku, bila kalian kembali ke sana lagi, janganlah masuk dari satu pintu secara serempak, tetapi masuklah dari beberapa buah pintu yang berlainan
seorang demi seorang. Namun berhati-hatilah karena aku tidak dapat membela
kalian dari hukum Allah.”
Setelah mereka masuk
sesuai dengan petunjuk ayahnya, dan Bunyamin masuk ke kamar kerja Yusuf, segera
Yusuf merangkul Bunyamin. Yusuf berkata, “Sesungguhnya aku ini saudaramu yang
hilang. Harapanku, janganlah hatimu terenyuh karena perbuatan busuk mereka. “
Setelah mereka (Yusuf)
memberi mereka bahan pangan melebihi jatahnya, diam-diam yusuf memasukkan piala
(alat penakar gandum) ke dalam karung milik Bunyamin. Kemudian para penakar
pangan yang merasa kehilangan piala, berteriak dengan suara lantang, “Hai
kafilah, kalian telah mencuri sesuatu!” Mereka berbalik tanya sambil menengok ke arah yang berteriak, “Barang
apa yang hilang ?”
Para penakar menjawab,
“Kami kehilangan piala kerajaan. Siapa yang mengembalikannya akan diberi gandum
sebeban unta. Dan aku yang menjaminnya.” Saudara-saudara Yusuf berkata, “Demi
Allah! Kalian sendiri mengetahui bahwa
kami datang bukan untuk berbuat onar di kawasan ini, dan kami ini benar-benar
tidak mencurinya.”
Para penakar menegaskan
lagi, “Apa hukumannya jika kalian berdusta ?” Mereka menjawab dengan tandas,
“Hukumannya ialah, barangsiapa yang dikarungnya ditemukan barang yang hilang,
maka pribadinya sendirilah yang menanggung hukumannya. Demikian syariat kami
memutuskan hukuman terhadap pelaku pencurian.”
Lalu Yusuf pun mulai
memeriksa karung-karung mereka satu per satu, sebelum memeriksa karung adiknya
sendiri. Kemudian dia mengeluarkan piala kerajaan itu dari karung adiknya. Demikianlah Kami mengilhami siasat bijaksana
kepada Yusuf.
Mereka berkata, “Wahai
paduka yang mulia, dia mempunyai ayah yang sudah amat tua, karena itu ambil
sajalah salah satu diantara kami, tuan adalah orang yang suka berbuat
kebajikan.” Bunyamin sangat disayangi oleh ayahnya terutama sejak hilangnya
Yusuf, sang ayah hampir tidak sanggup berpisah dengan dia.
Yusuf menjawab, “Aku
mohon perlindungan kepada Allah daripada menahan seseorang, kecuali memang
ditemukan barang-barang kami padanya.” (Yusuf tidak mengatakan Bunyamin
mencuri)
“Kalau kami bertindak
lain dari itu, niscaya kami terbilang orang zalim.” “Kembalilah kalian menemui
ayah kalian dan katakan, ‘Wahai ayah kami anakmu Bunyamin telah mencuri.’ Kalau
ayah tidak percaya tanyakan kepada penduduk Mesir dimana kami telah mengambil
pangan, atau kepada kafilah yang seberangkat dengan kami. Percayalah, bahwa
kami sungguh-sungguh bersikap jujur’”
Ya’kub menjawab, “Bohong!
Itu hanya pengelabuan atas perbuatan busuk kalian, yang sekarang hendak kalian
ulangi lagi. Namun bersikap sabar jualah yang paling baik. Semoga Allah
memulangkan mereka semuanya kepadaku. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mengetahui
dan Bijaksana.”
Lalu dengan mendongkol Ya’kub
menyingkir dari mereka, seraya berkata sedih, “Aduhai, alangkah besarnya duka
citaku karena kehilangan Yusuf. Kedua mata memutih (rabun) karena mengidap duka
cita, penuh rasa amarah.” Mereka berkata, “Demi Allah, engkau senantiasa
mengenang Yusuf, sampai engkau mengidap penyakit yang gawat, atau mati sama
sekali karena kedukaan.”
Ya’kub menjawab, “Kalian
jangan mencelaku, karena aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku hanya kepada
Allah, bukan kepada kalian. Dan dari Allah aku mengetahui sesuatu yang tidak
kalian ketahui. Hai anak-anakku, pergilah kalian ke Mesir, dan carilah berita
tentang Yusuf dan saudaranya. Lagi pula kalian jangan berputus asa dari rahmat
Allah. Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang
kafir.”
Tatkala mereka masuk
menemui Yusuf, mereka berkata, “Wahai paduka yang mulia! Kami dan keluarga kami
telah tertimpa kelaparan, sedang kami hanya membawa dagangan yang berharga
murah. Namun berilah kami jatah pangan secukupnya. Kelebihannya ganti
sedekahlah kepada kami. Sesungguhnya Allah memberikan balasan berganda terhadap
orang-orang yang bersedekah.” Yusuf bertanya, “Apakah kalian ingat tingkah
busuk yang pernah kalian lakukan dahulu terhadap Yusuf, dan selang belum lama
ini terhadap saudaranya, Bunyamin pada waktu kalian tidak menyadari akibatnya?”
Mereka berbalik bertanya,
“Apakah engkau ini Yusuf?” Yusuf menjawab, “Ya, sayalah Yusuf dan
yang ini saudaraku Bunyamin. Allah telah mengaruniai pertemuan kepada kami.
Sebenarnya, siapa yang bertaqwa dan tabah, tentu Allah tidak menyia-nyiakan
pahala orang-orang yang berbuat kebajiakan.”
Mereka berkata, “Demi
Allah, sungguh-sungguh Allah telah mengaruniaimu kelebihan-kelebihan atas kami.
Dan kami dalam peristiwa masa lalu itu betul-betul pihak yang bersalah.”
Yusuf menjawab, “Mulai
hari ini, kalian bebas dari segala macam tuntutan! Semoga Allah mengampuni
kalian, Dia adalah Maha Penyayang diantara semua yang penyayang. Sekarang
pulanglah kalian dengan membawa kemejaku ini. Begitu kalian sampai lekapkanlah
ke wajah ayahku, nanti matanya akan melihat kembali. Sesudah itu, bawalah
seluruh keluarga kalian ke sini.”
Setelah kafilah anak-anak
Ya’kub itu melewati perbatasan wilayah Mesir, ayah mereka
(Ya’kub) yang tinggal di Kan’an berkata terhadap cucu-cucunya, “Aku merasa mencium
bau Yusuf. Kalau kalian tidak menganggapku orang tua dungu, tentu kalian
membenarkan perkataanku.”
Mereka berkata, “Demi
Allah, rupanya engkau masih saja berlamunan kosong seperti dahulu.”
Tatkala pembawa kabar itu
tiba, dilekapkannya kemeja itu ke wajah Ya’kub, dengan tiba-tiba
dia dapat melihat kembali, lalu berkata, “Bukankah telah kukatakan kepada
kalian, bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kalian ketahui.”
Itulah diantara mukjizat
Nabiyullah Yusuf as.
serta tujuh rahasia untuk Negeri Mesir.
Hikmah kisah diatas :
ketika seseorang diuji oleh Allah swt. maka janganlah berburuk sangka,
karena pada dasarnya setiap ujian yang diberikan pada setiap hamba-Nya sudah
tentu ada kebaikan yang dirahasiakan.
0 comments: