03 July 2019

7 RAHASIA KUN - BAB 1 KUN (Bagian 3)



2. Tujuh ayat yang dikhususkan karena keagungannya


Allah swt. berfirman :
“Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al-Quran yang agung.” (QS. Al-Hijr : 87)
Sebagian mufasir berpendapat, bahwa ayat yang tujuh dibaca berulang-ulang ialah surat Al-Fatihah.
Oleh karena itulah mengapa surat Al-Fatihah wajib hukumnya dibaca dalam shalat, karena salah satu surat ( tujuh ayatnya) yang diagungkan oleh Allah swt..
Tetapi ada sebagian mufasir lain yang mengatakan bahwa yang dimaksud tujuh ayat yang di agungkan adalah tujuh surat yang panjang diantaranya :
1           Al-Baqarah
2           Ali-‘Imran
3           An-Nisa
4           Al-Maidah
5           Al-An’am
6           Al-‘Araf
7           Al-Anfal atau At-Taubah
Surat Al-Fatihah adalah tujuh ayat yang diulang-ulang. Faktanya, bila seorang muslim melaksanakan shalat lima waktu, maka dia akan membaca surat Al-Fatihah, lima kali sehari semalam. Jika anggota keluarga ada tiga orang berarti sudah mengulang lima belas kali sehari semalam. Kemudian ditambah dengan shalat sunahnya. Jika dikalikan se-RT atau se-RW, se-Kelurahan, satu Negara, atau jika sedunia, berapa kali Surah Al-fatihah (Al-Qur’an) telah dibacakan dan diulang-ulang? Subhanallah betapa banyak orang yang cinta membaca Al-Qur’an, sehigga jumlah Al-Fatihah yang dibaca sudah tak terhitung lagi, hanya Allah yang memerintah dan hanya Allah yang Maha tahu jumlah yang dibaca.

Nilai lebih dalam diri manusia dibandingkan makhluk Allah yang lain adalah diberinya kemampuan untuk memahami  Al -Qur’an ( Kitabullah dan Sunah Rasul-Nya).
Al-Qur’an merupakan pedoman hidup setiap muslim, dia harus membaca ayat-ayatnya, memahami isinya dan mengamalkan perintahnya. Semua isinya bukan untuk Allah tetapi untuk mahluk-Nya agar bisa mencapai derajat kemuliaan.
Setiap muslim wajib menjaga keaslian  huruf demi huruf, menjaga kemurnian maknanya serta menjaga wibawa dan kehormatan Al-Qur’an. Orang-orang yang dengan sengaja memalsukan hurufnya, merubah isi  (maknanya)  dan merendahkan martabat Al-Qur’an diancam oleh Allah swt. dengan azabnya yang sangat keras. Menjaga kemuliaan dan keagungan Al-Qur’an adalah amanah bagi setiap muslim.
Fiman Allah swt. :  
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,” (QS. Al-Ahzab : 72)
Amanah merupakan penghormatan yang sangat tinggi dari Allah swt. kepada manusia sebagai makhluk yang mulia, ia bukan dipandang dari tubuh yang besar atau tenaga yang kuat. Langit, bumi, serta gunung-gunung adalah makhluk yang sangat besar dibandingkan dengan makhluk yang lain, tetapi mereka tidak berani dan takut tidak bisa mengemban amanah yang ditawarkan Allah swt.. Yang sanggup mengemban amanah hanyalah manusia. Tetapi manusia banyak yang mendzalimi amanah itu dan berlaku bodoh.
             Seperti halnya orang-orang yang mendapat kepercayaan dari masyarakat menjadi seorang pemimpin. Tetapi dia terjebak dalam kepemimpinannya, lalu menjadi penzalim dengan menyalahgunakan amanah jabatan yang akhirnya dia menajadi orang yang sangat bodoh.

Al-Qur’an  diturunkan tidak ke atas tangan, tidak ke dalam otak, tetapi melalui Hati, Hati inilah yang mampu menerima Al-Qur’an. Firman Allah swt. :
“Maka Jibril itu telah menurunkannya (Al-Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; (QS. Al-Baqarah : 97)
Bilamana hati sudah menerima Al-Qur’an, maka pendengaran, penglihatan, dan perbuatan akan selaras dengan Al-Qur’an, dan inilah yang disebut sebagai amanah, dan bersatunya kemuliaan dunia dan akhirat.

Demi dahsyatnya Al-Qur’an, seandainya diturunkan kepada gunung dia akan mengalami guncangan dengan hebat, bumi pun akan terbelah, orang-orang yang sudah mati akan kaget luar biasa sehingga mereka berbicara dengan kekagetannya itu, “Yang sanggup menerima hanyalah hati” tetapi manusia tidak berfikir, ‘Mengapa ketika mendengar lantunan Al-Qur’an, hati mereka tidak merasakan apa-apa ?’ mungkin yang mendengarkan telah tertutup dengan karatan dosa ? Ataukah hatinya menganggap itu bukan wahyu Allah swt. yang turun dari langit yang kejadian turunnya sangat hebat dan menakjubkan ? Atau mungkin yang membacanya karena komersial sehingga telah menutup Nur Allah swt. dari hati pembacanya sehingga Nur Al-Qur’an yang di Lauhil Mahfudz tidak menyinarinya ? Atau keadaan manusia yang ada di muka bumi telah bergelimangan  dengan dosa dan terhalang oleh pekatnya asap kedurhakaan yang mengepul ke langit ?
Di zaman para sahabat Nabi saw. ketika mendengar dibacakannya Al-Qur’an, maka hati mereka bergetar karena takut kepada Allah swt.. Mereka menangis, badannya tersungkur ke tanah, adapula yang mengalami pingsan karena takut siksa akhirat yang sangat dahsyat sehingga Nabi saw. membimbing mereka dan menghiburnya dengan menjelaskan pahala surga yang akan mereka terima.
Al-Qur’an adalah kitab Allah swt. yang wajib  di-imani oleh muslimin yang merupakan petunjuk hidup Bagi orang yang mengamalkannya, mereka tidak akan berjalan salah arah dan ia akan diterangi oleh Nur Allah swt..
Al-Qur’an juga telah membenarkan kitab-kitab Allah yang terdahulu, seperti Taurat, Zabur, Injil dan Suhuf-Suhuf lainnya. Selain itu, Al-Quran merupakan hukum untuk menentukan benar salahnya suatu perkara, sekaligus sebagai pemisah antara yang hak dan yang batil. Maka bagi orang-orang yang mukmin, mereka berada dalam cahaya yang terang.

Surat Al-Fatihah adalah surat wajib yang berjumlah tujuh ayat yang khusus dan diagungkan. Surat ini turun di Mekkah lebih awal dari surat-surat yang turun di Madinah agar kaum muslimin memahami betapa pentingnya surat ini. Surat Al-Fatihah dijadikan surat yang pertama ketika kita membukanya dari Al-Qur’an yang mulia, supaya semua muslim tidak merasa asing dan langsung mengenal surat tersebut.
Al-Fatihah sangat erat kaitannya dengan ibadah shalat karena seseorang yang mendirikan shalat tanpa membaca Al-Fatihah tidaklah diterima shalatnya karena (surat fatihah) termasuk rukun yang wajib. Ketika seorang Imam sedang membaca surat Al-Fatihah, maka makmum wajib mendengarkannya dengan penuh rasa khusyu’. Seorang makmum yang tidak sempat mendengarkan bacaan seorang imamnya maka tidak termasuk hitungan rakaat dalam shalatnya.
Setiap muslim atau muslimat wajib hafal dan memahami surat Al-Fatihah karena merupakan salah satu rukun dalam shalat. Sedangkan shalat merupakan rukun islam yang kedua.
Rasulullah saw. bersabda :
اَلْاِسْلَمُ:اَنْ تَعْبُدَالَله وَلاَتُشْرِكْ بِهِ-شَيْاءًوَتُقِيْمُ الّصَلاَةَ وَتُوّءَ دِّي الَزَّكَاةَالْمَفْرُوْضَةَ وَتَصُوْمُ رَمَضَا نَ وَتُحِجُّ الْبَيْتِ} رواه الشيخان} 
 “Islam, bahwa menyembah engkau akan Allah swt. dan jangankan mempersekutukan Allah akan sesuatupun dan mengerjakan shalat, dan membayar zakat-zakat yang fardu, dan berpuasa pada bulan ramadhan, dan mengerjakan haji.” (HR. Syaikan)
Bagaimana seseorang dapat mendirikan shalat kalau tidak hafal dan memahami surat Al-Fatihah ?
Surat Al-Fatihah adalah surat yang yang diagungkan oleh Allah swt. maka janganlah memandang biasa pada surat ini karena Allah swt. Yang telah   mengagungkannya. (Bisa dilihat dalam QS. Al-Hijr : 87)
Surat Al-Fatihah diberi nama oleh Nabi saw. Sebagai Ummul kitab yang artinya ‘Ibunya Al-Qur’an’. Bukankah anak itu mempunyai ibu?  Tidak mungkin ada anak jika tidak ada ibu. Tetapi, ‘ibu’ yang dimaksud disini adalah derajat. Derajat seorang ibu yang membawahi anak-anaknya. Oleh karena itu, bila seseorang membaca surat Al-Fatihah  maka dia harus hormat, khusu’, memuliakan, serta mengagungkannya apalagi ketika dibaca dalam shalat. Se-seorang akan dipandang benar shalatnya jika benar bacaan Al-Fatihahnya.


SHARE THIS

Author:

Hasanatul Qolbi adalah nama web/blog yang dikelola oleh Ustadz Rodin Syamsudin. Rodin Syamsudin atau lebih dikenal dengan Nama Ustadz Rodin adalah seorang pendakwah, seorang wiraswasta dan penulis buku di jalan SMPN 1 terusan jalan manglayang regensi Cileunyi. Saat ini Ustadz Rodin aktif sebagai Pembina Pondok Pesantren Al Hikmah Kp. Cimanglid Desa Padamulya Kec. Pasirwangi Kab. Garut, Jawa Barat.

0 comments: