4. Tujuh tangkai pahala sedekah
Sedekah adalah bentuk kemuliaan budi serta kehormatan
diri seseorang. Ia telah menempatkan diri di sisi Tuhan yang Maha Tinggi. Dan
ia akan dimanjakan dengan pahala besar dengan dilipat gandakan setiap yang dia
keluarkan, dengan lipatan mulai dari sepuluh kali hingga tak terbatas.
Dengan bersedekah, Allah
swt. akan menghapuskan kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat karena sedekah
meredakan kemarahan Allah swt.. Ada dua cara bersedekah, yaitu secara
terang-terangan dan secara sembunyi-sembunyi. Keduanya sama baiknya asal jangan
disertai dengan rasa riya (ingin dipuji orang lain). Bila kita mempunyai niat
untuk mengeluarkan sedekah, berhati-hatilah dari bisikan syetan karena dia akan
melarang dan akan menghembuskan rasa ingin dipuji orang lain. Maka bila demikian, batallah sedekah kita, dan Allah swt. tidak akan menunaikan janjinya
yaitu, akan melipat gandakan sedekah
kita.
Allah swt. sangat menghargai sedekah yang bernilai besar
demikian pula yang bernilai kecil sesuai dengan
kemampuan seseorang, tetapi yang akan diterima
hanyalah yang ikhlas. Banyak orang yang ikhlas
ketika bersedekah dengan nilai yang kecil, tetapi ketika mengeluarkan dengan
nilai yang besar sangat sulit untuk ikhlas. karena syetan sangat jahat untuk
menjerumuskan seseorang supaya batal mendapatkan pahala. Oleh karena itu Rasulullah
saw. bersabda:
صَدَ قَةٌ فِى الْسِّرِ اَفْضَلُ مِنْ سَبْعِيْن
َصَدَ قَةٌ فِي الْعَلاَ نْيِةِ (رواه ابن النجار عن ابى هريرة )
“Sedekah dalam
sembunyi-sembunyi lebih afdol dari pada tujuh puluh kali sedekah secara
terang-terangan” (HR. Ibnu Nazar dari Abu Hurairah)
Disabdakan “Lebih afdol, karena dengan sembunyi-sembunyi akan terjaga keikhlasan si pemberi
dari penglihatan orang lain dan dari sanjungan, dengan
demikian maka sukseslah dia dalam beramal
dan layak mendapatkan janji Allah swt.”
Firman Allah swt. :
ãNßg9s?$t«sù ª!$# z>#uqrO $u÷R9$# z`ó¡ãmur É>#uqrO ÍotÅzFy$# 3 ª!$#ur =Ïtä tûüÏZÅ¡ósçRùQ$# ÇÊÍÑÈ
“Karena itu Allah memberikan kepada mereka
pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang
yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali-Imran : 148)
Di suatu hari, Malaikat
kematian mendatangi Nabi Ibrahim as. lalu bertanya, “Siapakah anak muda yang
mendatangimu wahai Ibrahim?”
“Anak muda yang tadi
maksudnya?” tanya Ibrahim, “Itu adalah sahabatku sekaligus muridku”
“Ada apa menemuimu ?”
“Dia menyampaikan bahwa
dia akan melangsungkan pernikahan besok pagi”
“Wahai Ibrahim, sayang sekali umur anak itu tidak akan sampai
besok pagi”
Setelah berkata begitu,
Malaikat Izrail pergi meniggalkan Nabi Ibrahim as.. Hampir saja Nabi Ibrahim
tergerak untuk memberi tahu anak muda tersebut untuk menyegerakan pernikahan
malam ini dan memberi tahu tentang kematian anak muda itu. Tapi langkahnya
terhenti, Nabi I brahim as. memilih kematian tetap menjadi rahasia Allah swt.. Esok
hari Nabi Ibrahim as. masih melihat anak muda tersebut melangsungkan
pernikahannya, hari berganti datanglah minggu, bulan berganti, tahun pun
datang, Nabi Ibrahim as. malah melihat anak muda tersebut panjang umurnya
hingga mencapai tujuh puluh tahun.
Nabi Ibrahim bertanya
kepada Malaikat Izrail, apakah dia berbohong tempo hari sewaktu memberi tahu
bahwa anak muda itu umurnya tidak akan sampai besok pagi? Malaikat izrail
menjawab bahwa dirinya memang akan mencabut nyawa anak muda tersebut, “Wahai
Ibrahim, di malam menjelang pernikahan, anak muda itu telah menyedekahkan
separuh dari kekayaannya, sehingga Allah swt. memutuskan untuk memanjangkan
umur anak muda itu. Hingga engkau masih melihatnya hidup.”
Kemudian telah dikisahkan
ada seekor burung elang datang kepada Nabi Sulaeman as., putra Nabi Daud as..
Maka burung itu bercerita, “Sesungguhnya ada seseorang yang mempunyai sebuah
pohon, saya biasa beranak di pohon itu, orang itu mengambil anak-anak saya.”
Kemudian Nabi Sulaeman as. memanggil pemilik pohon itu dan melarang mengambil anak
burung tersebut dan Nabi Sulaeman berkata kepada dua seytan, “Sesungguhnya saya
perintahkan kepada kalian berdua, bilamana tahun depan laki-laki itu mengambil
anak-anak burung elang, maka kalian harus menangkapnya jadikanlah dua potong.
Yang satu potong kalian buang ke timur dan satu potong lagi kalian buang ke
barat.”
Ketika sampai satu tahun,
laki-laki itu terlupa pada perkataan Nabi Sulaeman, dia bermaksud naik pada
pohon itu tetapi laki-laki tersebut sebelumnya telah bersedekah dulu dengan
sepotong roti kemudian berniat mengambil anak burung seperti tahun lalu, maka
burung elang datang pada Nabi Sulaeman dan melaporkan pemilik pohon itu.
Kemudian Nabi Sulaeman memanggil kedua syetan yang telah diberi
tugas untuk menghukum. Dia berkata, “Mengapa kalian tidak melaksanakan
perintahku?” Kedua syetan menjawab, “Hai khalifah Allah, sesungguhnya orang yang mempunyai
pohon itu ketika bermaksud naik pohon, kami berdua akan menangkap dia. Tetapi
dia telah bersedekah kepada seorang muslim dengan sepotong roti. Maka Allah
mengutus dua malaikat dari langit pada orang itu, sehingga diantara kami berdua
ketika mau menangkap, kami dilemparkan yang satu ke timur yang satu lagi ke
barat, kemudian niat jelek kami berdua dihalang-halangi dari orang
tersebut karena sedekahnya.
Rasulullah saw. telah bersabda :
اِنَّ فِي الصَّدقَاتِ خَمْسُ حِصَا لُ:اَلْاُوْلَي:تَزْيْدِهُمْ فيِ اَموْاَلِهِمْ
وَاّلثّاَنِيَةُ دَوَاءِلْلمَرِضِ وَالّثَاَ
لِثَةُيَرْفَعُ اَللهَ تَعَالَ الْبَلاَءِ وَالّرَّابِعَةُ
يَمُّرُوْ عَلَ الصِّرَاطَ كَالْ بَرْقِ اْلخَاطِفْ وَالْخَامِسَة ُيَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَبِغَيْرِحِسَابِ
وَلاَعَذَاب.ِ
“Sesungguhnya dalam sedekah
akan menambah banyak hartanya. Dua, akan menjadi obat dari penyakit. Tiga,
dengan sedekah akan menjauhkan dari bencana. Empat, dengan sedekah dia akan
melewati jembatan sirat (sirotolmustaqim) seperti kilat menyambar. Lima, dengan
sedekah akan masuk ke surga tidak akan dihisab dan tidak mengalami siksaan.” (Durratun-nasihin)
Allah swt. berfirman
:
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh)
orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai seratus
biji. Allah
melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di
jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu
dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si
penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya
karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada
tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak
bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”
“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena
mencari keridhaan Allah dan untuk
keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi
yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali
lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai).
Dan Allah Maha melihat apa yang kamu perbuat.”
(QS. Al-Baqarah : 261-265)
Dalam hitungan kita, 7 x
100 sama dengan 700
(kali lipat), sungguh suatu keuntungan yang sangat besar yang dijanjikan oleh
Allah swt.. Firman Allah swt. :
“Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.” (QS. Ali-‘Imran : 9)
Kita terkadang ragu
dengan janji manusia karena manusia ada dalam keterbatasan waktu dan keadaan,
tetapi Dzat Allah swt., Tuhan Yang Maha Kaya tak terbatas rezeki-Nya serta tak
terbatas oleh waktu dan keadaan. Firman Allah swt. :
“Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)"
(QS. Ali-‘Imran : 27)
Bila Allah swt sudah
berkehendak, Dia kuasa untuk mendatangkan rezeki dari arah mana saja, berapa
saja jumlahnya serta hari apa saja, semua itu adalah kuasa-Nya.
Firman Allah swt. :¨
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang
baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan
dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Baqarah
: 245)
Banyak orang yang merasa ragu dengan janji Allah ini padahal mereka belum mencoba dan
membuktikannya. Dalam hadist qudsi Allah swt. berfirman :
“Aku menuruti prasangka hamba-Ku”.
Dengan demikian, bilamana kita ragu terhadap
pahala Allah swt.,
Allah pun sudah tentu ragu kepada keikhlasan kita (hamba-Nya)
0 comments: