Menapaki jalan hidup tidak jauh berbeda
dengan menampiki jalan yang ada di dunia. Kadang berbelok, lurus, menanjak,
ataupun menurun. Tetapi terkadang manusia lupa
bahwa jalan hidup itu memang demikian adanya.
Ketika seseorang berjalan dan menemukan
belokan, ia tidak kecewa dan tidak ingin merubah belokan itu karena memang
jalan selalu ada belokannya. Dalam menapaki jalan hidup pun hendaknya demikian
ketika menemukan tantangan hidup jangan kecewa karena hidup itu memang
demikian, atau ketika menapaki jalan yang menurun (mengalami kerugian)
janganlah kecewa, tetaplah tegar dan berjalan seperti biasa karena setelah
habis jalan menurun akan menapaki jalan yang menanjak (kesuksesan).
Kemudian janganlah mengambil jalan yang
kiri dan tetaplah di kanan karena jalan kanan adalah jalan Tuhan.
dan
Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan......
(QS. Maryam : 52)
Jalan kanan adalah kebenaran, keimanan, dan
ketawakalan. Sedangkan jalan kiri adalah jalan syetan yang dipenuhi dengan
tipuan, syetan akan mendorong seseorang untuk menghalalkan segala cara agar
jatuh ke lembah nista. Seseorang yang telah
terpengaruhi oleh godaannya tidak bisa melihat cahaya yang ada di depan mata,
seolah-olah semua perkara tampak sama, kabut gelap telah menutup pandangannya
sehingga antara benar dan salah seperti sama padahal, Allah swt. telah memperingatkan :
Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar
daripada jalan yang sesat....
(QS. Al-Baqarah : 256)
Maka
jelaslah bila ada kekecewaan, tentu saja buah dari perbuatan dirinya sendiri dan tidak ada pihak yang bisa dipersalahkan.
Banyak orang yang mengalami kekecewaan lalu
menyesali hidupnya dan berkata, “mengapa begini dan begitu” tanpa mencari
pangkal masalahnya untuk diubah agar tidak terulang kembali.
Hidup ini bukan untuk disesali, bukan pula
untuk dijadikan derita, apalagi sampai mengutuk diri
sendiri karena gagalnya suatu perkara yang belum waktunya. Banyak hal yang
harus diperjuangkan dan dikorbankan dalam hidup ini. Jangan melihat orang lain
hanya dari segi suksesnya saja tetapi perhatikanlah mengapa ia bisa sukses.
Banyak orang yang berjuang dengan susah
payah tetapi tidak menemukan sukses, yang ia jumpai hanyalah kekosongan. Hal
itu terjadi karena tujuan mereka yang tidak jelas atau sangat rendah, ia hanya ingin
disebut orang kaya banyak uang, hidup berkelas dengan segala kemewahannya
tetapi ia lupa tujuan hakiki dari hidup ini yaitu sukses. Sukses bukanlah
banyak uang atau tinggi jabatan, itu hanya sebagian dari sukses. Yang disebut
sukses yaitu orang yang telah menemukan banyak pengetahuan serta mendapat
ketenangan hatinya.
Dia-lah
yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya
keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan
kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha mengetahui
lagi Maha bijaksana,
(QS. Al-Fath : 4)
Yang dimaksud dengan tentara langit dan
bumi ialah penolong yang diciptakan oleh Allah untuk orang-orang mukmin seperti
malaikat-malaikat, binatang-binatang, angin topan, dan sebagainya.
Apakah ada orang yang melebihi kekayaannya
dibanding orang yang selalu ditolong oleh Allah dan selalu dikelilingi
tentaraNya sebagai penjaga siang dan malam ? Orang yang tenang hatinya laksana
seorang raja tanpa rakyat, ia dapat mengendalikan dirinya sehingga selalu
mendapat kemenangan dalam hidup.
Pada faktanya hidup adalah kemenangan,
orang yang kalah laksana orang mati, oleh karena itu teruslah bertahan hidup
untuk meraih semua harapan dan cit-cita. Dengan banyak mengingat kebesaran Allah
akan muncul suatu keajaiban yaitu tumbuhnya optimisme dan kekuatan dalam jiwa bahwa
semuanya Allah yang berbuat sedangkan manusia hanya berusaha.
Mereka yang telah tercapai keinginannya
karena Allah yang memberinya jalan, yang telah mendapatkan Allah-lah yang telah
menyediakannya, mereka yang sukses Allah-lah yang telah memberinya kekuatan
untuk meraihnya, sementara manusia hanya berusaha merubah nasibnya sendiri.
Sesungguhnya
Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri.
(QS. Ar-Rad : 11)
Tuhan tidak akan merubah keadaan, selama
mereka tidak merubah sebab-sebab kemunduran mereka sendiri.
“ Ketika
menyaksikan orang lain menanam, menyaksikan pula ketika orang lain menuai,
apakah kita hanya menjadi penonton saja ?
Jangan takut untuk memulai tidak ada seorang pun yang sukses
yang tidak mengalami kegagalan. Ada yang menjadikan kegagalan sebagai energi
untuk lebih banyak melakukan percobaan dan akhirnya dia menemukan jawabannya.
Ada pula yang menjadikan kegagalan sebagai tantangan yang harus dilewati dan
setelah itu dia tidak akan jatuh lagi ke lubang yang sama.
Kemudian ada pula yang mengangap kegagalan
sebagai hal yang lumrah karena tidak mungkin ada kesuksesan tanpa ada
kegagalan, dan memang dalam kehidupan selalu berlawanan, ada gelap ada terang,
ada di atas ada di bawah, ada susah ada senang, ada perjuangan, ada pula
keberhasilan.
Setiap perjuangan tentu saja ada yang harus
dikorbankan, seberapa besar yang di inginkan sebesar itu pula yang harus
dikorbankan.
Dia
menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha
perkasa lagi Maha pengampun,
(QS. Al-Mulk : 2)
Orang bijak berkata : Bila ingin besar buanglah besar
itu. Bila ingin semua buanglah semua itu. (Untuk direnungkan)
Seorang ilmuwan sebelum jadi orang besar
dan dihormati banyak orang ia rela mengecilkan dirinya dengan banyak belajar
serta banyak bertanya kepada orang yang telah berhasil. Kemudian kita sering
menemukan orang yang haus dengan ilmu, berbagai ilmu/keahlian dia pelajari tanpa
mengenal lelah, ia telah membuang waktu berleha-leha dan dijadikannya lebih
berarti.
Pepatah arab mengatakan :
Waktu seperti sebilah pedang bila tidak ditebaskan ia akan menebasmu dengan
rasa kecewa dan penyesalan.
[*]
0 comments: