Orang yang menangis
karena putus asa sangat dibenci oleh Allah swt.
karena putus asa bukanlah sikap seorang muslim.
Jangan kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum
yang kafir
(QS.
Yusuf : 87)
Orang mukmin adalah orang yang kuat, tabah, dan
tegar, serta sanggup menghadapi situasi dan kondisi apapun. Mereka adalah
pilihan Allah yang selalu siap menghadapi berbagai tantangan dan rintangan.
Segala sesuatu yang sulit dijadikannya sebagai pelajaran yang berharga dan
dijadikan sebagai kunci jawaban untuk masalah-masalah baru yang akan datang. “ Hidup
adalah belajar, tidak ada seorangpun yang sudah paham dan pintar dalam masalah
hidup.”
Dia menguji kamu, siapa
di antara kamu yang lebih baik amalnya.....
(QS.
Al-Mulk : 2)
Derajat
serta kemuliaan akan disandang setelah menyelesaikan tahapan-tahapan ujian yang
diterima. Ujian tergantung kadar keimanan seseorang. Bila imannya kuat, kuat
pula ujiannya, bila imannya rendah, rendah pula ujiannya. “ Jadilah yang
terbaik di antara yang diuji, bawalah penghargaan itu dan duduklah di kursi
kehormatan sebagai kekasih Allah.”
Ingatlah, sesungguhnya
wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati.
(QS.
Yunus : 62)
Banyak
orang yang tidak paham, ia akan putus asa serta menangis ketika diuji, padahal
Allah akan memberikan derajat yang tinggi serta kemuliaan dari sisi-Nya. Ujian
setiap orang berbeda-beda, bisa saja dalam bentuk penyakit, kerugian,
kehilangan, fitnah, harta, tha’at, nikmat, maksiat, wanita, jabatan, dll.
Orang
yang mengerti ujian akan menerima dan merahasiakannya dari makhluk karena ia
sedang berhadapan dengan tugas dari yang Maha mulia.
Nabi
Yusuf as. didera dengan berbagai ujian, mulai dari semua saudaranya
membencinya kecuali Bunyamin, dibuang ke hutan, dimasukan ke sumur tua,
kemudian dijual dijadikan budak, difitnah telah melakukan zina dengan wanita
bangsawan, lalu dipenjara dalam waktu yang lama. Tetapi dia tidak putus asa dan tidak menangis, dia selesaikan seluruh
rangkain ujian yang diberikan Allah dengan mulus, maka Yusuf berdoa :
Ya Tuhanku, sesungguhnya
Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kerajaan dan telah mengajarkan
kepadaku sebagian ta'bir mimpi. (Ya Tuhan) pencipta langit dan bumi. Engkaulah
pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan
gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.
(QS.
Yusuf : 101)
Allah swt. membalas semua ujian yang
diberikan kepada nabi Yusuf as. dengan menganugerahkan kerajaan yang
besar sebagai penghormatan atas ketabahan, kesabaran, keimanan, serta
keikhlasannya ketika menerima berbagai ujian.
“Besarnya pahala yang diterima
tergantung seberapa kuat ujian yang diberikan,” oleh karena itu jangan buruk sangka kepada Allah
swt. justru harus berbaik sangka karena Allah sedang menumpahkan kasih
sayangnya kepada seorang hamba yang sedang dikasihiNya. Orang yang diuji adalah
orang yang dipersiapkan untuk menerima kursi kehormatan, bisa saja ujian itu
berupa kegagalan, kesengsaraan, atau penyakit.
Nabi Ayyub as. diuji dengan penyakit kulit
yang sangat ganas, sehingga orang-orang yang ada di sampingnya bahkan istrinya
sendiri meninggalkannya tetapi dia tetap tabah dan kuat tak bergeming. Ujian
penyakit yang dideritanya dijadikan sebagai media untuk lebih mendekatkan diri
kepada Allah swt...
Ayyub, ketika berdoa kepada Tuhannya: "(Ya Tuhanku),
sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha
penyayang di antara semua penyayang".
(QS.
Al-Anbiya : 83)
Nabi Ayyub as. terus berbaik sangka kepada
Allah dan inilah yang membuka lebih luas lagi pintu rahmat-Nya. Setelah
terkumpulkan pahala sebanyak-banyaknya maka Allah swt. berfirman :
Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami
lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya,
dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami
dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.
(QS.
Al-Anbiya : 84)
Allah swt. memperkenankan doanya dan
memerintahkan agar dia menghentakkan kakinya ke bumi. Nabi Ayyub mentaati
perintah itu maka keluarlah air dari bekas kakinya atas petunjuk Allah, nabi
Ayyub pun mandi dan minum dari air itu, sehingga sembuhlah dia dari
penyakitnya.
Pada suatu ketika nabi Ayyub teringat akan
sumpahnya, bahwa dia akan memukul istrinya bilamana sakitnya sembuh disebabkan
istrinya pernah lalai mengurusinya sewaktu dia masih sakit. Akan tetapi timbul
dalam hatinya rasa iba dan sayang sehingga dia tidak dapat memenuhi sumpahnya.
Oleh sebab itu turunlah perintah Allah swt. :
dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah
dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia
(Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat
taat (kepada Tuhan-nya)
(QS.
Sad : 44)
Dari
Abu Huraiarah ra. ia berkata : Rasulullah saw, bersabda : Andai saja
orang kafir mengetahui rahmat yang dikaruniakan dari Allah pasti tidak ada
seorangpun yang berputus asa dari rahmat-Nya.
(HR.
Muslim)
Perbedaan
orang mukmin dan orang kafir di antaranya mudah putus asa dan penakut. Adapun
orang mukmin memiliki kesabaran, ketabahan, dan berani dalam menegakan
kebenaran serta berani menghadapi hidup.
Orang
yang mudah putus asa adalah mereka yang mudah melupakan peringatan, suka nekad,
sedikit berpikir, tergesa-gesa dalam bertindak, menganggap enteng setiap
masalah, dan mudah membuat janji.
Orang
yang mudah putus asa akan mudah pula terjebak dalam kesenangan, hura-hura, dan
cepat terbawa dengan suasana lingkungan serta keadaan yang tak pasti (yang
penting mereka happy), dengan tidak memperhitungkan untung atau ruginya
(asalkan nikmat walaupun sesaat). Tetapi ketika berhadapan dengan hukum negara
atau hukum lingkungan, ia marah-marah dan menyalahkan orang lain, ia merasa
dirinya benar dan pihak yang dirugikan yang akhirnya berputus asa.
Orang
yang putus asa seperti orang mati, laksana jasad tak bernyawa, semangat
hidupnya hilang, merasa dirinya tidak berarti. Nikmat yang dia terima
seakan-akan debu yang telah tersapu angin, semua orang serasa membencinya.
Tetapi bila mendapat kesenangan lupa diri dan sombong, semua yang didapat
seperti hasil kepintaran dirinya sendiri dan bukan pemberian dari Allah swt..
Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya
berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia
ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa
(QS. Al-Isra : 83)
Orang
yang putus asa selalu berpikir negatif, ia menyangka Allah swt. tidak memperdulikannya, ia jatuh ke dalam prasangka jahat, ia
anggap semua orang adalah lawan bukan kawan, semua adalah saingan yang harus
dikalahkan. Karena dirinya merasa bahwa setiap orang adalah lawan maka ia tak
segan-segan melakukan kejahatan, ia merasa puas hatinya bila menyaksikan orang
lain rugi, dsb. Dan inilah kerugian yang menyesatkan bagi dirinya.
Ibrahim
berkata : Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali
orang-orang yang sesat
(QS. Al-Hijr : 56)
Selain
itu orang yang mudah putus asa mempunyai sifat yang rapuh mudah berubah dengan
keadaan, cenderung ingin serba enak tanpa ada usaha. Tidak ada rasa syukur
ketika mendapat nikmat karena yang jadi sumber kebahagiaannya adalah segala
yang dia dapatkan (barangnya), dan bukan yang memberinya (Allah). Ketika
mendapat kerugian dan kesusahan dia marah-marah serta bersumpah serapah padahal
yang dia rasakan akibat dari ulahnya sendiri.
Dan apabila Kami rasakan
sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. Dan
apabila mereka ditimpa suatu musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang telah
dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa.
(QS.
Ar-Rum : 36)
Orang yang
mudah putus asa menganggap hidup adalah miliknya, bukan anugerah dari Allah swt..
Dia berharap mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari kehidupan yang
dirasakannya. Dia bekerja keras siang dan malam tanpa menghiraukan waktu dan
kesehatan badannya, hidupnya cenderung tidak teratur. Banyak harta adalah
impian hidupnya, rumah megah adalah istana kerajaannya, disegani orang adalah
kebesarannya. Padahal itu hanya fatamorgana karena semua takdir hanya di tangan
Allah swt., Tuhan yang mempunyai semua kehendak. Manusia
hanya berencana Tuhanlah yang menentukan.
Manusia tidak jemu memohon kebaikan,
dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.
Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami
sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata: "Ini adalah
hakku,...”
(QS. Fusilat : 49-50)
Dengan
datangnya rasa putus asa untuk mendapatkan semua keinginannya, maka putus pula
segala harapannya kepada Allah padahal semua yang diberikan kepada hamba-Nya
adalah hak Allah dan bukan hak makhluk-Nya. Semua makhluk hanya mentaati
perintah-Nya, menerima takdir dan keputusan-Nya.
Putus
asa adalah jalan sesat menuju jurang neraka yang penghuninya orang-orang kafir dan syetan yang
terkutuk. Yakinlah bahwa rahmat Allah selalu tercurah kepada orang yang
beriman, Allah telah meyakinkan hamba-Nya yang takwa untuk masuk surga.
Sementara hamba-Nya banyak yang ragu dengan janji-Nya, padahal nikmat yang
diberikan-Nya telah banyak mereka rasakan, jiwa mereka seperti yang kering dan gersang menunggu hujan datang agar tanah
yang mati kembali subur untuk ditanam.
Dan Dialah yang
menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. dan
Dialah yang Maha pelindung lagi Maha terpuji.
(QS. Asy-Syura : 28)
Orang yang putus asa yang tidak tersirami
hujan rahmat akan mencari musim yang diarahkan oleh syetan untuk mencari
penolong dari bangsanya, lalu dijerumuskan ke lembah kehinaan sesuai dengan
janjinya dahulu di hadapan Allah ketika dia dikutuk dan diusir dari surga.
Kemudian syetan minta ditangguhkan kematiannya sampai hari pembalasan. Oleh
karena itu Allah memberi pengetahuan kepada hamba-hamba-Nya untuk tidak
mendekatinya, karena akan menyesal dan putus asa sampai ke dalam kubur.
Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu jadikan penolongmu kaum yang dimurkai Allah.
Sesungguhnya mereka telah putus asa terhadap negeri akhirat sebagaimana
orang-orang kafir yang telah berada dalam kubur berputus asa.
(QS. Al-Mumtahanah : 13)
Oleh
karena itu dengarlah seruan dari yang Maha mulia, seruan yang akan membukakan
pintu kegelapan yang dihuni oleh bangsa syetan menuju ke dalam cahaya nikmat
keabadian.
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas
terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang
Maha pengampun lagi Maha penyayang.”
(QS.
Az-Zumar : 53)
Dan
lihatlah di dalam neraka dunia (lapas), kebanyakan dari mereka adalah
orang-orang yang tidak sabar dan tidak bisa menahan diri yang akhirnya mereka jatuh
ke jurang kehinaan dan keputusasaan. Dan apabila mereka tidak bertaubat kepada
Allah swt. maka neraka akhirat yang
lebih dahsyat telah menunggu.
Yang
lebih celaka lagi orang yang telah putus asa, ketika ia mengambil jalan pintas
untuk mencari kehidupan dunia agar cepat tercapai dengan instan, mereka tidak
peduli menukar iman dengan harta, menukar nikmat abadi dengan nikmat sesaat
yang penting segala keinginannya terpenuhi walaupun harus memuja bangsa jin
(syetan).
Maka
bagaimanakah murka Allah swt. kepada
mereka ?
Sesungguhnya Allah tidak
akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An-Nisa : 48)
Mengapa orang yang musyrik tidak akan mendapat
ampunan sedikitpun ? Karena orang musyrik telah menghina Allah dengan
menjadikan makhluk-Nya sebagai tandingan-Nya atau menyangka Tuhan ada dua atau
ada tiga. Padahal segala yang ada di langit dan di bumi semua adalah
ciptaan-Nya. Sesungguhnya Dia tidak membutuhkan apa pun dan siapa pun, semua
makhluklah yang butuh kepada-Nya. Maha suci Allah swt. dari yang mereka
sangkakan.
Oleh karena itu waspadalah! janganlah masuk kedalam
jerat dan perangkap syetan, yaitu putus asa. Bila asa kita putus, maka secara
otomatis tali jerat syetan akan menguat dan siap membelenggu jiwa dan raga
manusia kemudia melemparkannya kedalam jurang kehancuran.[*]